Sukses

Demi Kampanye Mama Emi, Ribuan Warga Sumba Naik Truk Puluhan Kilometer

Kedatangan Mama Emi di Kecamatan Kota Tambolaka disambut tarian Woleka atau Gasak Kako yang dibawakan puluhan perempuan SBD.

Liputan6.com, Kupang- Kedatangan Cawagub NTT nomor urut 2, Emelia Julia Nomleni, ke Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), disambut antusias oleh ribuan warga. Sebagian dari mereka bahkan datang dari desanya yang berjarak puluhan kilometer dengan menggunakan truk.

"Saya jauh-jauh dari desa untuk menunggu Mama Emi," kata Paulina Riri (60) yang naik truk sejauh 20 km dari Desa Wainmangura, Kecamatan Waijewa Barat, Senin (26/3/2018).

Pauliana mengaku menyukai Mama Emi, sapaan akrab Emelia, karena dia perempuan sederhana dan juga memiliki program yang jelas. Misalnya, program pariwisata di SBD yang turut melibatkan partisipasi masyarakat setempat.

"Dia orangnya sederhana dan tidak terlalu belit-belit dengan programnya," ujar Paulina.

"Saya suka (Mama Emi) karena biasa menyapa semua orang. Kami sekeluarga akan memilihnya nanti," kata Paulina.

Kedatangan Mama Emi tidak hanya menarik perhatian orang-orang Waijewa. Yosep (25), warga Desa Delu Lepa, Kecamatan Kodi, mengaku datang dari tempat tinggalnya sejauh 50 kilometer hanya untuk berjumpa Mama Emi.

"Kami memilihnya bukan karena ada iming-iming uang. Kami memilihnya karena tertarik program-programnya yang menyentuh masyarakat," ujar Yosep tentang program air bersih paket Marianus Sae-Mama Emi (MaMa) ini.

"Kami juga melihat figur Bapak Frans Lebu Raya. Bapak Lebu Raya sangat menyatu dengan masyarakat," kata Yosep tentang Gubernur NTT dua periode asal PDI Perjuangan.

Agustinus Mongobane (35) datang sejauh 20 km dari Desa Totok, Kecamatan Loura, juga hanya untuk bertemu perempuan berambut putih tersebut.

"Saya memang orang yang kurang berpendidikan, tapi saya suka dengan programnya Mama Emi karena merakyat," kata Mongobane yang mengetahui program pendidikan yang diusung Mama Emi.

Dalam kampanye ini, kedatangan Mama Emi disambut tarian Woleka atau Gasak Kako yang dibawakan puluhan perempuan SBD. Di Pulau Sumba, Mama Emi akan berkampanye dua hari sampai 27 Maret besok.

2 dari 2 halaman

Bebaskan Flores dari Rabies

Kasus gigitan anjing rabies di Flores kembali meningkat dalam dua tahun belakangan. Terakhir, Fransiskus Meze (12), siswa SD di Boawae, Kabupaten Nagekeo, meninggal dunia pada 23 Maret 2018 akibat virus mematikan tersebut.

Melihat fakta menyedihkan itu, Cawagub NTT nomor urut 2, Emelia Julia Nomleni, mengatakan kasus rabies ini harus menjadi tanggung jawab bersama.

"Tidak hanya rohaniwan atau pun pemerintah. Masyarakat perlu memberikan dukungan dalam memberantas wabah ini," kata Mama Emi.

Perempuan berambut putih ini mengatakan, pemerintah daerah harus melakukan intervensi dalam hal pencegahan maupun penanganan kasus ini. Untuk pencegahan, kata Mama Emi, perlu dilakukan karantina anjing.

"Jika ada hewan piaraan yang terindikasi menularkan virus rabies, maka hewan itu dikarantinakan dulu. Juga dengan hewan yang sudah terjangkit. Kita karantinakan dulu," kata cawagub paket Marianus Sae-Mama Emi (MaMa) ini.

Bila perlu, sambungnya, satu generasi anjing yang berpotensi menyebarkan virus ini dikarantinakan.

"Sehingga kita bisa memulai memelihara yang baru. Jika kita melihat sebuah generasi anjing berpotensi besar menyebarkan virus rabies. Ekstremnya, kita karantinakan dulu generasi itu. Lalu kita memulai yang baru, tentu dengan perawatan dan pencegahan yang lebih terkontrol," katanya.

Jika karantina ini belum bisa dilakukan, Mama Emi menyangsikan Flores bisa terbebas dari rabies. Sebab, selama ini penanganan selalu memikirkan bagian hilir.

"Sedangkan masalah dasarnya adalah hewan itu. Kita boleh lakukan penanganan, namun perlu juga melakukan pencegahan dari awal," ujar Ketua DPC PDI Perjuangan Timor Tengah Selatan ini.

Untuk itu, dia berharap masyarakat bisa ikut membantu dalam memberantas virus mematikan ini. "Minimal, mereka bisa merelakan hewan piaraan mereka diberi vaksin," ujarnya.

Lebih jauh, Mama Emi mengatakan, persoalan rabies ini tak kalah penting dari pembangunan infrastruktur yang selalu diharapkan terjadi di NTT.

"Walau (infrastruktur) itu penting, namun yang lebih penting adalah keselamatan dan kesehatan rakyat," ujarnya.

Untuk diketahui, virus rabies menjangkiti Flores sejak 1997. Terdapat 43.363 kasus gigitan anjing, dan 252 warga Flores Lembata meninggal dunia karenanya. Pada 2017 saja, 10 warga Flores meregang nyawa karena virus mematikan ini.