Sukses

Golkar Belum Putuskan Tambah Menteri bila Jokowi Jadi Presiden Lagi

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengaku belum memutuskan apakah ada penambahan kursi menteri bila Jokowi kembali jadi presiden periode 2019-2024.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengaku partainya belum memutuskan apakah ada penambahan kursi menteri bila Joko Widodo atau Jokowi kembali menjabat sebagai presiden pada periode 2019-2024.

Penambahan kursi menteri ini sebelumnya diminta oleh Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono. Agung meminta tambahan menteri apabila calon wakil Presiden Jokowi bukan dari kader Partai Golkar.

"Itu kan aspirasi. Kalau dari DPP (Golkar) belum memutuskan," kata Airlangga di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/4/2018).

Airlangga mengatakan, saat ini partainya tengah berkonsentrasi pada pemenangan Pilkada Serentak 2018 di beberapa provinsi. Sehingga, kata dia, soal cawapres hingga penambahan kursi menteri di kabinet Jokowi periode 2019-2024 belum dibahas.

"Kami kan konsentrasi untuk pemenangan-pemenangan pilkada," ucap Menteri Perindustrian itu. 

2 dari 2 halaman

Permintaan Agung Laksono

Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono berharap calon wakil presiden pendamping Joko Widodo pada Pilpres 2019 berasal dari Partai Golkar. Menurut Agung, Partai Golkar memiliki modal politik yang kuat.

Selain itu, Golkar juga sejak awal memberikan dukungan kepada Jokowi.

"Modalitas politik kami kuat untuk bisa ke sana. Kami pernah tertinggi dan sekarang kami nomor 2. Untuk capres, kami akan mendukung Jokowi, hanya ya tentu diharapkan sekali dukungan dari Golkar itu dibuat maka harus dipertimbangkan agar cawapresnya itu berasal dari kader Golkar," ujar Agung saat ditemui di Rakernas Partai Golkar, Hotel Sultan, Jakarta, Jumat 23 Maret 2018 lalu.

Jika posisi cawapres tidak diberikan kepada Golkar, lanjut Agung, maka partai berlambang pohon beringin itu menginginkan tambahan kursi di kabinet.

"Wajar dong kalau mendapat posisi, meskipun kita sadar bahwa presidennya bukan dari Partai Golkar. Ya paling tidak, seperti itu dan kalau tidak seperti itu jangan juga kemudian menyakiti perasaan kami," tuturnya.