Sukses

Hadiri Semana Santa, Mama Emi Rela Tidur di Rumah Warga

Rumah itu berdinding bambu, tidak ada nuansa mewah atau wow. Sederhana memang, tetapi di halaman rumah itu tumbuh berbagai macam bunga membuat rumah sederhana itu nampak asri dan adem.

Liputan6.com, Kupang- Rumah itu berdinding bambu, tidak ada nuansa mewah atau wow. Sederhana memang, tetapi di halaman rumah itu tumbuh berbagai macam bunga membuat rumah sederhana itu nampak asri dan adem.

Di rumah sederhana itulah, Emilia Julia Nomleni atau biasa disapa Mama Emi, menginap saat mengikuti prosesi Semana Santa Larantuka. Bukan hotel mewah, Mama Emi lebih memilih rumah sederhana di RT 3 RW 2 Kelurahan Sarotari Tengah, Kabupaten Flores Timur untuk menjadi tempat istirahatnya.

Pemilik rumah, Mariana Fernandez mengaku kaget dan bangga rumahnya jadi tempat menginap Mama Emi.

"Awalnya saya malu, bagaimana mungkin seorang calon wakil gubernur bisa nginap di rumah saya yang sederhana ini," ujar Mariana.

Saat mendatangi rumahnya, kata Mariana, Mama Emi sempat ke kamar anaknya untuk menyimpan barang bawaan tanpa merasa gengsi.

"Saya sempat omong ke Mama Emi, kalau rumah kami sederhana, tetapi Mama Emi katakan kalau dia merasa nyaman dan adem di rumah ini," katanya.

Mama Emi pun memilih kamar sempit yang selama ini jadi kamar anak menjadi kamar tidurnya. Selama menginap di rumahnya, lanjut Mariana, Mama Emi sarapan apa adanya, bahkan hanya dengan mie dan sayur.

"Kalau pagi minum teh dan jagung titi, siang hanya dengan nasi putih dengan mie dan sayur. Mama Emi makan apa adanya bersama kami," katanya.

Mariana mengaku selama ini hanya mengetahui nama Mama Emi lewat pemberitaan dan hanya melihat Mama Emi di baliho-baliho yang dipasang. Namun, saat melihat langsung Mama Emi dia sangat kagum dengan kesederhanaan Mama Emi.

"Datang pertama di rumah masuk kamar dan keluar sudah pakai sarung, dari situlah saya lihat kesederhanaan Mama Emi dan tidak sungkan lagi. Dari penampilannya saja kita tahu Mama sangat sederhana," papar Mariana.

Dia mengatakan, dari kesederhanaannya Mama Emi sangat pantas jadi pemimpin karena tulus mendatangi orang-orang kecil dan tidak memilih penginapan atau hotel mewah.

"Mungkin Mama Emi mau lihat dan merasakan langsung kehidupan orang-orang kecil seperti kami," imbuh Mariana.

Sebagai kaum perempuan, Mariana mengaku bangga karena majunya Mama Emi sebagai calon Wakil Gubernur NTT sebagai bukti bahwa kaum perempuan bukan kaum lemah.

"Berbanggalah wahai wanita karena Mama Emi sudah angkat derajat kita. Saat mengenal dekat Mama Emi, jujur saya langsung ambil sikap untuk mendukung Mama Emi, meski kedatangan Mama Emi ke Larantuka bukan agenda politik tetapi saat ini saya sudah punya pilihan," imbuh Mariana.

"Ini sejarah di NTT bahwa Mama Emi satu-satunya perempuan yang maju dalam konstelasi Pilgub NTT," pungkas Mama Emi.

 

2 dari 2 halaman

Mengenal Kesederhanaan Emi Nomleni

Sekilas tidak ada yang berbeda dari rumah bercat hijau itu. Sama seperti rumah lain di pinggir Jalan Cak Doko, Kota Kupang, rumah itu seakan menyerap semua kebisingan ibu kota NTT.

Satu-satunya yang membuat berbeda adalah spanduk di depannya yang bertuliskan 'Marianus Sae-Emilia Nomleni (MaMa). Ya, rumah sederhana itu adalah tempat tinggal Mama Emi, sapaan akrab Cawagub NTT tersebut.

"Ini rumah tua warisan Bapak dan Mama," kata Ivony Christina Nomleni, kakak kandung Mama Emi, di rumah yang tak jauh dari SMAN 1 Kupang, Rabu (22/3/2018).

Beberapa bagian di dinding rumah bercat hijau itu pun tampak sudah retak. Sungguh rumah yang sangat sederhana jika dibanding tempat tinggal para pejabat atau politisi lain.

"Kita bukannya tidak mau rehab. Tapi kita mau suasana rumah ini terlihat alami, seperti sewaktu masih ada Bapak dan Mama," kata Ivony.

Walau sederhana, isi rumah ini lebih ramai dari yang dibayangkan. Di rumah tak lebih dari 200 meter persegi itu, Mama Emi tinggal bersama sepuluh saudaranya. Ada juga anak-anak asuh yang tinggal bersama.

Layaknya rumah seorang politikus, ada juga tempat untuk berkumpul dan rapat. Tempat yang sekarang banyak digunakan relawan MaMa itu pun hanya disanggah oleh bambu berwarna kuning. Sementara di bagian luar rumah didirikan tenda sampai ke tempat berjualan di pinggir jalan.

Yanti (45), ibu penjual gorengan di depan rumah Mama Emi, becerita kesederahaan politisi perempuan PDI Perjuangan itu juga tampak dari kehidupannya sehari-hari. Dia mengenang, sewaktu terjadi banjir di Noelmina, Mama Emi tampil berbeda saat mengunjungi lokasi bencana.

"Karena situasi mendadak dan darurat, Mama Emi pergi mengenakan celana pendek. Sampai di sana, sebagian besar pejabat lain mengenakan pakaian yang sangat rapi," kata Yanti sambil tertawa.

 

Selain kesederhanaan, Mama Emi juga tidak berubah dalam memegang adat dan budaya Timor. Hal ini tampak dari buah-buah pinang yang berhamburan di dapur rumahnya.

"Dia (Mama Emi) tetap mengingat budaya dan kebiasaan kami. Lempengan buah pinang itu memberi arti kami tetap hidup dalam rumah yang selalu memegang teguh budaya dan adat istiadat kami," kata Ivony.

Sejak kecil, Mama Emi juga selalu hidup dalam keberagaman. Hal inilah yang membuat perempuan 52 tahun itu selalu mengedepankan pluralisme dan kebhinekaan dalam setiap perjuangan politiknya.

"Bapak kami dari suku Timor, Mama dari Kupang. Kami biasa mendiskusikan sesuatu dengan sikap terbuka. Kami tidak pernah memaksa sesuatu kepada yang lain untuk diikuti. Kami belajar itu dari kecil," kata Ivony.

Meski disibukkan dengan urusan politik, Mama Emi yang sudah dua periode menjadi anggota DPRD NTT ini ternyata masih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan detail dalam rumah. Dia juga masih suka memasak untuk saudara-saudara dan anak-anak asuhnya.

Video Terkini