Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono menilai pintu untuk memasangkan Jokowi dan Prabowo Subianto di Pilpres 2019 sudah tertutup rapat. Menurut informasi yang dia dapatkan, upaya tersebut mengalami kebuntuan.
"Saya sudah mendengar dari berbagai informasi bahwa tidak ada jalannya untuk bisa bersatu," ujar Agung di kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli, Slipi, Jakarta Barat, Selasa (17/4/2018).
Agung enggan menjelaskan alasan yang membuat kesepakatan tersebut mentok. Terkait kabar penolakan permintaan Prabowo yang menyaratkan tujuh kursi menteri jika dipinang Jokowi pun Agung irit bicara.
Advertisement
Yang jelas, sejak awal ia yakin skenario itu akan buntu. Sebab, Prabowo hanya ingin dicalonkan sebagai presiden bukan wakil presiden.
"Dari dulu dari awal, mungkin dari tahun 2004 beliau kan maunya jadi calon presiden," ucapnya.
Komandoi Militer
Sebelumnya, diberitakan media asing Asia Times, kubu Jokowi melalui Luhut Binsar Panjaitan berupaya melobi Prabowo agar mau dipinang menjadi cawapres. Dalam laporan tersebut, kesepakatan buntu lantaran Luhut menolak tawaran mantan Danjen Kopassus itu. Parbowo dikabarkan meminta komando militer dan tujuh kursi menteri.
Terkait hal ini pun, Ketum Golkar Airlangga Hartarto menilai pertemuan tersebut sebatas inisiatif Luhut semata. Menurutnya hal itu terjadi karena hubungan baik kedua belah pihak.
"Itu inisiatif pak Luhut," ucap Airlangga di kantor DPP Golkar, Selasa (17/4/2018).
Sementara itu, PDIP masih berupaya membuka komunikasi dengan Gerindra terkait pengusungan Jokowi-Prabowo. Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira mengatakan masih terus berupaya melakukan lobi dengan Gerindra.
"Kapan saja dibutuhkan atau kapan saja Prabowo atau pihak partai kita selalu mempunyai komunikasi langsung, baik tak langsung dengan teman-teman Partai Gerindra," kata dia ditemui di Kompleks Parlemen.
Reporter : Ahda BayhaqiÂ
Sumber : Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â
Advertisement