Sukses

Saat Prabowo Tunduk pada Perintah PKS demi Pilpres 2019

Menurut Prabowo, tidak banyak orang yang bisa memerintahnya. Hanya PKS yang ternyata bisa memerintah mantan Danjen Kopassus itu.

Liputan6.com, Jakarta - Kedekatan antara Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah tidak diragukan lagi. Tidak hanya di tingkat partai, kedekatan kedua pemimpin partai itu, yakni Prabowo Subianto dan Sohibul Iman, pun sudah tidak diragukan lagi.

Meski demikian, hingga saat ini PKS belum juga secara resmi menyatakan akan berkoalisi dengan Gerindra di Pemilihan Presiden 2019. Sementara Gerindra telah mendeklarasikan mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden, dan membutuhkan teman koalisi untuk memuluskan jalannya Prabowo menuju ring Pilpres 2019.

Sikap PKS yang masih tarik ulur tampaknya menjadi perhatian Gerindra. Tak mengherankan jika pada Sabtu, 21 April 2018, Prabowo harus membatalkan kegiatannya yang lain demi menerima ajakan Presiden PKS Sohibul Iman untuk sepeda bersama.

Prabowo dan Sohibul sepeda bersama mulai dari kantor DPP Gerindra di Ragunan menuju kantor DPP PKS di Jalan Raya TB Simatupang, Jakarta Selatan. Keduanya sepeda bersama setelah Sohibul lebih dulu menjemput Prabowo di Ragunan. Perjalanan itu berlangsung kurang lebih 10 menit.

Setelah sampai di DPP PKS, Prabowo dan Sohibul langsung melakukan salam komando dan segera duduk untuk beristirahat sejenak. Kemudian dilanjutkan sambutan dari Sohibul.

"Beliau Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang tanggal 11 mendapat amanah dari partainya menjadi calon presiden Republik Indonesia. Dan di forum rakernas itu, Beliau menyatakan apapun yang ditugaskan oleh Gerindra, Beliau menyatakan siap, artinya Beliau siap menjalankan amanah sebagai calon Presiden Republik Indonesia," kata Sohibul di DPP PKS.

Prabowo, yang berbicara setelah Sohibul, mengaku diperintah naik sepeda bareng oleh Sohibul. Padahal hari ini dia ada janji ke dokter gigi.

"Seharusnya Pak, hari ini saya ke rumah sakit sudah ada janji lama untuk operasi, cabut gigi. Jadi sudah sakit gigi berapa hari, dokter gigi saya bilang harus cabut. Enggak tahunya Kamis malam dapat perintah dari PKS harus naik sepeda," ungkapnya.

Menurut Prabowo, tidak banyak orang yang bisa memerintahnya. Hanya PKS yang ternyata bisa memerintah mantan Danjen Kopassus itu untuk naik sepeda.

"Diperintahkan untuk pakai sepeda, jadi yang bisa memerintah saya enggak banyak. Ternyata ketua Majelis Syura dan Presiden PKS bisa memerintahkan Prabowo Subianto," ucapnya.

 

2 dari 3 halaman

Batal Diet

Tak hanya membatalkan agenda ke dokter gigi, Prabowo juga mengaku rela membatalkan dietnya demi menerima suguhan makan siang Nasi Kebuli dari Presiden PKS.

"Makan kambing tadi, waduh gawat-gawat, saya lagi diet dikasih makan kebuli, haha seperti itu ya. Waktu mereka saya undang ke Hambalang, mereka selalu datang, jadi saya juga merasa senanglah, saya diundang begitu," ucap Prabowo.

Menurut Sohibul, pertemuan semacam ini bisa menjadi ajang relaksasi sesama politikus. Karena, politik itu tidak selamanya bernuansa tegang.

"Intinya sih supaya kita ini kan tokoh politik, setiap hari bicara politik terus, dengan naik sepeda bersama saya kira untuk relaksasi lah bahwa politik itu tidak selamanya berisi ketegangan," tandasnya.

Pada kesempatan ini, Prabowo juga memuji PKS sebagai kawan yang setia. Menurutnya, PKS selalu mendampingi dirinya dan Gerindra dalam suka dan duka.

"PKS adalah kawan yang setia. Di kala susah mereka tidak meninggalkan Prabowo Subianto dan Gerindra," kata Prabowo.

"Memang susah saya meninggalkan PKS. Biar harus ke dokter gigi diperintah oleh PKS, saya tinggalkan dokter gigi," sambungnya.

Mendengar pujian ini, Presiden PKS Muhammad Sohibul Iman mengatakan, hal itu biasa diucapkan oleh Prabowo.

Sohibul juga mengungkapkan, meski Prabowo mengatakan hal itu, tak serta merta partainya akan langsung berkoalisi dengan Gerindra. Masalah koalisi, kata Sohibul, masih terus dibicarakan secara intensif.

"Pembicaraan itu terus dilakukan. seperti disampaikan kemarin dari PKS ada tim kecil, tim komunikasi koalisi yang dipimpin oleh saudara Mustafa Kamal, Sekjen," ungkap Sohibul.

Sebelumnya, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera memastikan, partainya hampir akan berkoalisi dengan Partai Gerindra di pemilu serentak 2019. Mardani menyebut finalisasi koalisi PKS dan Gerindra sudah mencapai 95 persen.

"Kami PKS hampir 95 persen akan bersama Gerindra," kata Mardani di Resto Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (21/4/2018).

PKS dan Gerindra, kata dia, akan segera merilis pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam waktu dekat. Bahkan, kata Mardani, ada usulan agar kedua partai juga merilis susunan kabinet dari pemerintahan Prabowo.

"Kita dalam finalisasi me-launching siapa capres-cawapres kita. Ada usulan meskipun baru mayor bukan minor tapi sekalian line up, kabinetnya. Agar tidak seperti memilih kucing dalam karung," tegas dia.

Secara sejarah, Mardani mengklaim, PKS dan Gerindra memiliki hubungan dekat sejak Pemilihan Presiden 2014 lalu.

PKS menyatakan akan tetap bersama Gerindra meski kader mereka tidak dipilih sebagai cawapres oleh Prabowo. "Apa pun keputusannya PKS akan taat. Tapi posisi sekarang kita punya keputusan Majelis Syuro ada 9 nama," tandas Mardani.

Lantas apakah Majelis Syuro PKS akan tetap memutuskan koalisi dengan Gerindra jika 9 nama yang mereka tawarkan tidak diambil menjadi cawapres Prabowo?

3 dari 3 halaman

9 Nama Cawapres

Mardani Ali Sera di Resto D’Consulate Lounge, Menteng, Jakarta pada Kamis 19 April 2018 mengatakan, partainya mempertimbangkan berpisah dengan Partai Gerindra jika dari 9 nama yang ditawarkan PKS tidak dipilih menjadi cawapres Prabowo.

Mardani mengakui peluang kadernya dipilih menjadi cawapres atau tidak oleh Prabowo cukup berimbang.

"Ya semua kondisi akan dihitung dikaji, kalau ternyata kajiannya positif lanjut, kalau ternyata negatif belum tentu lanjut," kata Mardani.

Sementara itu, beredar rumor PKS dan Gerindra telah membuat surat perjanjian soal komposisi capres-cawapres di Pemilu Serentak 2019. Kabarnya, salah satu isi perjanjian itu adalah PKS meminta posisi cawapres kepada Gerindra.

Mardani mengklaim tidak mengetahui adanya surat tersebut. Sebab, PKS tidak memaksa Prabowo harus memilih satu dari sembilan nama kader menjadi cawapresnya.

Yang jelas, dia menegaskan PKS menginginkan kadernya maju sebagai cawapres.

"Tentu tidak ada paksa memaksa, saling harmonis saling membutuhkan. Hubungan komunikasi Pak Prabowo dengan Pak Sohibul (Presiden PKS) hampir tiap hari," tegasnya.

Selain itu, kata Mardani, PKS juga tak mempersoalkan jika nantinya ada partai mitra koalisi baru yang ikut-ikutan menawarkan cawapres kepada Prabowo. PKS berharap bisa berembuk soal nama cawapres yang akan diusung bersama.

"Mungkin PAN akan mengajukan nama juga dan itu boleh saja. Semuanya nanti ditaruh di atas meja kita bincang sama-sama. PKS pengen cawapres," tandas Mardani.

Soal cawapres, Wasekjen Gerindra Andre Rosiade menyebut, akan dibahas belakangan antara Prabowo dan pimpinan Partai.

"Kalau cawapres nanti Pak Prabowo yang akan bicarakan dengan pimpinan Koalisi. Tim lakukan finalisasi kerangka kerja sama," ucap dia.

"Cawapres itu wewenangnya Pak Prabowo," kata dia lagi.

Menurut Andre, kesepakatan antara partainya dan PKS di Pemilihan Presiden 2019 sudah hampir terealisasi.

"Dengan PKS on the track, insyaallah mendekati final," ujarnya, Jumat 20 April 2018.

PKS sendiri telah memilih 9 kadernya sebagai kandidat presiden dan wakil presiden di Pilpres 2019. Kesembilan nama itu merupakan hasil kajian dari Majelis Syuro PKS.

Mereka adalah Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Mohamad Sohibul Iman, Salim Segaf Al'Jufrie, Tifatul Sembiring, Al Muzammil Yusuf, Mardani Ali Sera.

Menurut Sohibul, internal Partai Gerindra saat ini sedang mempertimbangkan sembilan calon wakil presiden (cawapres) dari PKS. "Ternyata mereka sudah mulai evaluasi sembilan nama itu," kata Sohibul.

 

Reporter: Sania Mashabi, Renald Ghiffari

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Â