Sukses

Bangun Interaksi Sosial Jadi Cara Berpolitik Dedi Mulyadi

Selama ini politik dipahami sebagai cara meraih kekuasaan. Namun, bagi Calon Wakil Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, hal itu tidak sepenuhnya benar.

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini politik dipahami sebagai cara meraih kekuasaan. Namun, bagi Calon Wakil Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, hal itu tidak sepenuhnya benar.

"Politik itu membangun interaksi sosial pemimpin dengan masyarakat. Selama ini saya ada di jalan itu," kata Dedi.

Metode kampanye yang dilakukan Dedi Mulyadi selama 20 tahun terakhir menjadi politisi memang terbilang unik. Diakuinya, tidak pernah satu kali pun terlontar ajakan untuk memilih dirinya selama masa kampanye. Dia hanya menunjukkan akhlak dan karakter yang seharusnya dimiliki pemimpin.

"Saya gempungan (berkumpul) saja dengan masyarakat. Itu kan kebudayaan, ada interaksi yang terbangun. Sehingga, perjalanan ini bukan beban bagi saya, ini pengabdian untuk rakyat," ucap Dedi Mulyadi.

Alih-alih menggunakan atribut sebagai media sosialisasi, Dedi Mulyadi memilih media lain. Seni, sastra dan instrumen kebudayaan menjadi media kampanye pria dengan iket Sunda itu selama ini.

"Karena itu, konklusi yang didapat oleh rakyat bukan pesan politik. Tetapi pesan kebudayaan, pesan kemanusiaan. Saya kira itu jauh lebih holistik dibanding politik yang terlalu sektoral," kata Dedi Mulyadi.

 

2 dari 2 halaman

Ruh Ideologi

Menurut Dedi, pesan kebudayaan merupakan ruh ideologi kebangsaan yakni Pancasila. Sebagaimana diketahui, ideologi Negara Indonesia itu lahir dari proses kontemplatif pemahaman terhadap karakter kebangsaan.

"Proses ini berwatak ideologi bukan pragmatisme politik. Ideologi kita apa? Pancasila, ok kita berpijak pada ideologi itu. Sehingga, tidak ada ruang di Nusantara ini yang tidak ada nilai Pancasila. Orientasi kita keadilan sosial," katanya.

Seorang peneliti asal Autralian National University, Eve Warburton menjadikan pemikiran mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebagai objek penelitian. Secara khusus, wanita berambut pendek itu terbang dari Australia menuju Indonesia, tepatnya Purwakarta. Dia bermaksud menggali pemikiran tentang politik kebudayaan dari Calon Wakil Gubernur Jawa Barat tersebut.