Sukses

Golput Pilkada Kota Bengkulu Capai 40 Persen, Begini Penjelasan Bawaslu

Kalangan yang mengambil sikap golput ideologis dalam Pilkada Kota Bengkulu 2018 memiliki alasan personal karena melihat tidak ada calon yang cocok dan pas untuk dipilih.

Liputan6.com, Bengkulu - Tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada Serentak 2018 di Kota Bengkulu berdasarkan hasil perhitungan Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu Provinsi Bengkulu sangat rendah. Dari angka 230.169 warga yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap atau DPT, hanya 132 ribu warga saja yang menggunakan hak pilih dalam Pilkada Serentak 27 Juni lalu.

Ketua Bawaslu Provinsi Bengkulu, Parsadaan Harahap, mengatakan ada tiga indikator menurunnya angka partisipasi atau yang masuk golongan putih alias golput, yakni ideologis, teknis, dan pragmatis. Ketiganya memiliki alaasn yang sangat kuat, sehingga pemilih tidak mau memanfaatkan hak pilihnya dalam Pilkada Serentak 2018.

"Angka golput pilkada mencapai 40 persen ini menjadi catatan tersendiri untuk kami melakukan evaluasi," ucap Parsadaan di Bengkulu, Kamis (28/6/2018).

Kalangan yang mengambil sikap golput ideologis, menurut Parsadaan, memiliki alasan personal dan melihat tidak ada calon yang cocok dan pas untuk dipilih, sedangkan golput teknis, sangat terkait dengan pemutakhiran data. Ada yang masuk dalam DPT, tapi orangnya sudah tidak berdomisili di suatu tempat. Sebaliknya, ada warga baru yang tidak masuk DPT, sehingga tidak bisa memilih.

Menurut dia, golput yang terbanyak saat pilkada kemarin, adalah golongan pragmatis. Ini menjadi fenomena politik transaksional, sebab mereka berharap mendapatkan sesuatu saat akan mencoblos ternyata gagal. Sebab, fenomena politik uang tidak sampai kepada para pemilih pragmatis ini.

"Agenda kita setelah ini adalah Pileg, Pilres, dan Pilkada gubernur dan delapan bupati, harus ada pembenahan," kata Parsadaan Harahap.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

 

2 dari 2 halaman

Golkar PDIP Klaim Menang Tipis

Hasil hitung sebenarnya atau real count yang diumumkan tim pemenangan pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bengkulu Helmi Hasan-Deddy Wahyudi ternyata berbeda dengan hasil hitung nyata oleh tim pemenangan pasangan Patriana Sosialinda-Mirza yang diusung Partai Golkar, PDIP, dan Hanura.

Juru bicara tim Patriana-Mirza, Zulkarnain Kaka Jodho, menyebutkan pasangan yang mereka usung menang tipis dari pasangan Helmi-Deddy berdasarkan hasil rekapitulasi formulir C1 yang dilaporkan para saksi di 622 TPS. Dari angka total rekapitulasi, mereka unggul dengan persentase 1,15 persen.

"Kami menghormati hasil hitungan tim lain, tetapi ini rekapitulasi Form C1 yang fisiknya diantarkan para saksi ke sini," tegas Zulkarnain.

Hasil rekapitulasi menyebutkan pasangan Patriana Sosialinda-Mirza memperoleh 40.736 suara (31,19%). Sementara, pasangan nomor urut 1 memperoleh 28.786 suara (22,04%), dan pasangan nomor urut 2 meraih 21.850 suara (16,73%). Sedangkan pasangan nomor urut 3 meraih 39.234 suara (30,04%).

Angka tersebut berbeda dengan hasil hitung nyata tim pemenangan Helmi-Deddy yang menyebutkan, pasangan ini memperoleh suara sebanyak 42.919 atau 32,86 persen. Adapun saingan terdekatnya, pasangan Patriana Sosialinda dan Mirza yang diusung Partai Golkar, PDI Perjuangan dan Partai Hanura hanya meraih suara sebanyak 36.416 atau 27,88 persen.

Posisi ketiga diraih pasangan calon yang maju melalui jalur perseorangan atau independen, Mayor David Suardi-Bakshir yang memperoleh dukungan sebanyak 28.805 suara atau 22,05 persen. posisi terakhir diduduki pasangan Eerna Sari Dewi-Ahmad Zarkasih yang didukung Partai Nasdem, PKS dan PPP yang hanya mampu meraih suara sebanyak 22.466 atau 17,20 persen saja.

Ketua Bawaslu Provinsi Bengkulu Parsadaan Harahap menyatakan, sah-sah saja kedua kubu saling klaim kemenangan. Tetapi, prosesnya tetap menunggu hasil hitungan resmi yang dilakukan KPUD di tiap jenjang.