Sukses

4 Kejutan Politik Usai Twit soal Prabowo Jenderal Kardus

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief tiba-tiba melontarkan kicauan Jenderal Kardus terhadap Prabowo Subianto.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief tiba-tiba melontarkan kicauan Jenderal Kardus terhadap Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Malam itu pula, keributan politik terjadi di kubu Prabowo.

Ketika dikonfirmasi pun, Andi Arief membenarkan dirinya menulis sejumlah kritikan keras terhadap mantan Danjen Kopasus itu.

Kicauan Andi Arief yang bikin heboh tengah malam itu berbunyi: "Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangan ke kuningan. bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tidak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan, jenderal kardus."

Dari kicauan Andi Arief itu, terbongkar sejumlah kejutan dari Prabowo Subianto, apa saja?

2 dari 5 halaman

1. Gerindra dan Demokrat Bubar

Dua hari jelang batas waktu pendaftaran capres-cawapres di KPU, Demokrat disinyalir bercerai dengan koalisi Prabowo Subianto yang digawangi Partai Gerindra.

Andi Arief secara tegas menyatakan sikap Demokrat menolak cara-cara yang dilakukan Prabowo dan Gerindra. "Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya."

Saat dihubungi, Andi Arief mengaku kecewa dengan sikap politik Prabowo.

"Baru tadi malam Prabowo datang dengan semangat perjuangan. Hanya hitungan jam dia berubah sikap karena uang. Besar kemungkinan kami akan tinggalkan koalisi kardus ini. Lebih baik kami konsentrasi pada pencalegan ketimbang masuk lumpur politik PAN, PKS dan Gerindra," jelasnya.

Dimintai tanggapannya, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan, hingga malam ini hubungan Gerindra dengan tiga partai yang digadang berkoalisi itu masih cukup baik.

"Hubungan kami (Gerindra) dengan PAN sangat baik, dengan PKS sangat baik, dengan Demokrat juga baik," kata Riza.

3 dari 5 halaman

2. Ada Mahar Politik

Andi Arief menyebut ada mahar dalam permainan politik Gerindra dan Prabowo. Inilah yang membuat Partai Demokrat tak cocok dengan Gerindra.

"Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami," ucapnya.

Namun, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menampik pernyataan Andi Arief tersebut.

"Tidak betul ada mahar. Sampai sekarang PAN belum memutuskan, masih Rakernas. PKS masih memperjuangan hasil Ijtima Ulama," kata Riza saat dihubungi wartawan, Rabu (8/8/2018).

Menurut Riza, setiap partai yang berkoalisi memiliki kesempatan sama. "Jadi, kabar ada uang Rp 500 miliar itu tidak betul dan tidak mendasar," tegas Riza.

4 dari 5 halaman

3. Sandiaga Uno Tiba-Tiba Muncul

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno mendatangi kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018) malam. Sandiaga yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut tiba sekitar pukul 20.45 WIB.

Pantauan Merdeka.com, Sandiaga Uno datang menggunakan mobil Toyota Land Cruiser Hitam bernomor polisi B 1609 RFO. Sambil melambaikan tangan, dirinya langsung bergegas masuk tanpa memberikan keterangan kepada awak media.

Sandiaga disebut-sebut juga masuk dalam nominasi cawapres Prabowo.

"Yang menjadi berkembang aspirasi nama Sandiaga, AHY, beberapa nama akan dibahas," kata Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon.

Menurut dia, Sandiaga sebagai politikus akan siap jika benar-benar ditugaskan sebagai cawapres Prabowo.

"Kalau bersedia, kalau tiap orang kecuali UAS (Ustadz Abdul Somad) luar biasa untuk teguh tetap jalur pendidikan dan dakwah. Tapi kalau politikus semuanya terima tugas karena panggilan," tuturnya.

5 dari 5 halaman

4. PAN dan PKS Disebut Terima Mahar Politik

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief menuding Gubernur DKI Jakarta sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno memberikan uang Rp 500 miliar kepada PAN dan PKS. Uang itu, kata dia, diberikan untuk meloloskan Sandi menjadi cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2019.

Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno langsung membantah hal itu. Menurut dia, PAN tidak pernah menerima uang tersebut.

"Ha-ha-ha.. tadi mana ya Rp 500 miliar, saya belum pernah dengar komitmen itu, ada pembicaraan itu," kata Eddy di Kompleks Widya Chandra IV Nomor 19, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).

Eddy menegaskan, PAN tidak pernah ditawari uang semacam itu. Bahkan, kata dia, tidak pernah dibahas.