Liputan6.com, Jakarta - Para sekjen partai pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin memberikan arahan kepada 108 juru bicara pemenangan di Pilpres 2019. Dalam kesempatan itu, kebijakan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disinggung untuk memberi perbandingan dengan kebijakan pemerintah Jokowi.
"(Para jubir) mengisi ruang-ruang publik. Supaya seluruh apa yang sudah dilakukan Jokowi-JK masuk juga ruang-ruang personal rakyat, yang merasakan sentuhan kemanusiaan. Misal di masa lalu masyarakat harus mengantri untuk mendapatkan BLT, bersusah-payah. Kini ada sarana yang lebih efektif, melalui KIP, KIS, program keluarga harapan. Itu menyentuh secara personal," ucap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Jakarta, Senin (13/8/2018).
Selain itu, kata Hasto, jubir juga harus mengingatkan pembangunan infrastruktur bukan hanya berapa banyak yang sudah dibangun. Tapi apa manfaatnya untuk rakyat.
Advertisement
"Ketika bicara infrastruktur, juga bicara itu bukan dari aspek berapa kilometer terpanjang yang sudah dilakukan. Tetapi yang kita maknakan secara sosial politik secara ekonomi adalah dampak yang dirasakan oleh rakyat," ungkap Hasto.
Sementara itu, Sekjen PPP Arsul Sani, juga menyampaikan bahwa semua data yang akan disampaikan, merupakan perbandingan masa pemerintahan SBY dan Jokowi.
"Semua datanya kami akan sampaikan kepada para jurkam dan secara kuantitatif dibandingkan dengan data pemerintahan 10 tahun pemerintahan SBY dari 2004-2009 dan 2009-2014. Jadi supaya jelas dan ini bisa menjadi bahan para jubir kami agar ketika merespon sesuatu dari pihak yang jadi lawan kontestasi kita, tidak berbasis hoax, ujaran kebencian. Kami ingin berbasis data. Baik kualitatif maupun kuantitatif," jelas Arsul.
Â
Â
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Beberapa Tipe Pemilih
Sekjen Golkar Lodewijk F. Paulus, juga menekankan, apa yang dilakukan ini agar membuat para jubir bisa menyampaikan ke masyarakat dan memberikan pendidikan politik. Menurut dia, ada tipe pemilih di masyarakat, yaitu model psikologis yang memilih karena figur, kemudian model sosial yang berdasarkan SARA, serta model rasional.
"Jubir ini akan mengajak masyarakat untuk dari model psikologis dan sosial ke rasional. Artinya kita berikan informasi, didik mereka untuk melihat konsep pembangunan. Nawacita 1 sudah lewat kita akan masuk ke Nawacita 2," tegas Lodewijk.
Sementara menurut Sekjen PSI Raja Juli Antoni, jika masyarakat Indonesia mau rasional dan jujur terhadap data pembangunan, maka tak terlalu khawatir dengan kompetisi demokrasi kali ini.
"Kita lihat tadi pemaparan, untuk pertama kali angka kemiskinan sampai pada satu digit. Untuk pertama kali selama satu windu inflansi bisa ditekan sampai 3. Sebelumnya Pak SBY meninggalkan inflasi di angka 8 persen. Kalau masyarakat bisa objektif, bisa diajak berkontemplasi lebih dalam tentang apa yang diinginkan 5 tahun ke depan, maka insyaallah kompetisi demokrasi kali ini tidak akan jauh hasilnya. Dan insyaallah Pak Jokowi bisa memenangi pertarungan ini," pungkasnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement