Sukses

Yenny Wahid: Gusdurian Jangan Golput

Para Gusdurian butuh proses panjang dan menerapkan dua dalil dalam memilih calon pemimpin.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Wahid Institute, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman atau Yenny Wahid mengatakan, para pendukung Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur belum menentukan mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Para Gusdurian butuh proses panjang dan menerapkan dua dalil dalam memilih calon pemimpin.

"Gusdurian itu memilih siapa yang akan diberi amanah perlu proses yang panjang. Ada dua dalil yang dipakai, yaitu Aqli dan Naqli," ujar Yenny.

Dia menjelaskan, dalil pertama, yaitu secara rasional menilai sepak terjang maupun rekam jejak dari calon yang ada dan ini objektif dilakukan tanpa ada ikatan emosional.

"Yang terpenting apakah bisa membawa kesejahteraan dan kebaikan kepada masyarakat," kata dia.

Kedua dalil Naqli, yaitu meminta petunjuk kepada Allah SWT mana calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2019 yang paling tepat untuk jadi pemimpin. "Nanti setelah proses itu dilakukan kita barulah berlabuh pastinya ke salah satu calon. Kalau bisa jangan golput," imbau Yenny.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

2 dari 2 halaman

NU Netral

Yenny menyatakan, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi sejak dulu hingga saat ini netral dalam bersikap dan tidak berpolitik praktis.

"Kalau kemudian ada orang-orang yang punya sikap politik sendiri kemudian mengatasnamakan NU itu bukan menggambarkan organisasi secara besar tapi individu-individu saja," ungkap Yenny, dikutip dari Antara, Senin (20/8/2018).

Hal itu disampaikan terkait dengan dipilihnya Kiai Ma'ruf Amin yang merupakan Rais Aam NU sebagai bakal calon wakil presiden Joko Widodo dalam Pilpres 2019.

Dia juga mengatakan, warga NU bebas memilih siapapun calon yang ada. Bahkan dari dulu suara NU tidak pernah utuh ke salah satu calon dalam setiap kontestasi politik.

Warga NU punya prosesnya sendiri dalam membuat keputusan dan warga NU ada di banyak partai, seperti PKB, Golkar, PPP, Demokrat, Gerinda, Nasdem.

"Jika yang ada di parpol pendukung Jokowi, kemungkinan akan ke Jokowi begitu juga sebaliknya," kata dia.

Dia juga menegaskan, sebagai organisasi NU dari dulu sampai sekarang tidak berpolitik praktis.

"Warga NU boleh berpolitik iya, boleh memilih siapa calonnya, boleh jadi tim sukses dan dibebaskan untuk memilih. Ini membuktikan NU itu tidak ke mana-mana tapi ada di mana-mana," Yenny memungkasi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: