Sukses

Menag Lukman Yakin Santri Bisa Gunakan Hak Pilih di Pemilu 2019

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berpesan agar perbedaan pilihan di Pileg maupun Pilpres 2019, tidak merusak persaudaraan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin yakin, para santri telah memiliki wawasan dan pengalaman memadai dalam menggunakan hak pilih. Sehingga  para santri mampu menentukan sendiri pilihan terbaik dalam Pileg dan Pilpres 2019.

"Intinya santri sudah cukup punya pengalaman bagaimana menggunakan hak pilihnya, baik untuk memilih wakil rakyat dalam pileg maupun Pilpres mendatang," ujar Lukman usai membuka Muktamar Pemikiran Santri Nusantara di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Yogyakarta, seperti dikutip dari Antara, Kamis (11/10/2018).

Kalangan santri, menurut dia, secara mandiri telah mampu membedakan calon anggota legislatif maupun calon presiden yang tidak atau yang ditunggangi atau dimobilisasi oleh kelompok kepentingan tertentu.

"Mereka bisa membedakan mana yang terbaik, mana yang paling bisa memberikan harapan bahwa aspirasi mereka bisa dipenuhi oleh para calon-calon itu," ucap Lukman.

Meski demikian, dia berpesan agar perbedaan pilihan yang dimungkinkan muncul dalam Pileg maupun Pilpres 2019, tidak merusak persaudaraan di kalangan masyarakat.

"Mudah-mudahan baik Pileg maupun Pilpres bisa berlangsung dengan baik, tidak ada hal yang kita khawatirkan. Meskipun berbeda pilihan tidak mengganggu persaudaraan di antara kita," kata Lukman.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: 

2 dari 2 halaman

Beri Respons Positif

Tidak hanya itu, Lukman juga berharap para santri mampu memberikan respons positif pada sejumlah problem keagamaan dan kemasyarakatan di Indonesia.

"Sehingga, melalui Muktamar Pemikiran Santri Nusantara, diharapkan menjadi forum untuk mewadahi pemikiran-pemikiran yang muncul dari pesantren," jelas Lukman.

Dalam muktamar yang mengusung tema Islam, Kearifan Lokal dan Tantangan Kontemporer yang digelar Kementerian Agama RI itu, juga diselenggarakan forum-forum diskusi yang mempresentasikan 170 paper dari pesantren, mahasiswa, akademisi, dan peneliti keislaman yang membahas fenomena keislaman kekinian dalam kaitannya dengan pesantren.