Sukses

Ke Singapura, Ma'ruf Amin Bicara Islam Moderat dan Ekonomi Berkeadilan

Dengan pandangan Islam Wasathiyah yang moderat itu, kalangan Islam dan kalangan Nasional bisa menyatu dengan menyepakati Pancasila dan UUD 1945 dan kemudian NKRI.

Liputan6.com, Jakarta - Calon Wakil Presiden Ma’ruf Amin bertemu sejumlah perwakilan masyarakat Indonesia di Gedung KBRI Singapura, Chatsworth Road, Singapura, Selasa (16/10/2018) malam.

Pertemuan dihadiri Menteri Perindustrian dan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartato. Tampak juga mantan Gubernur BI 1993-1998 J. Soedrajad Djiwandono dan musikus Chandra Darusman, serta adik politikus Golkar, Marzuki Darusman.

Acara diawali sambutan Dubes RI untuk Singapura, I Wayan Ngurah Swajaya. Dalam sambutannya, ia memaparkan hubungan baik Indonesia-Singapura yang terus berkembang.

"Singapura selama 5 tahun terakhir merupakan investor terbesar ke Indonesia. Nilai investasinya hampir dua kali lipat dari Jepang yang menduduki urutan kedua," Ma'ruf mengatakan.

Menurut Swajaya, jumlah WNI di Singapura berkisar 200 ribu orang. Sebagian besar menjadi pekerja migran Indonesia atau penata laksana rumah tangga, yaitu sebanyak 120 ribuan. Lalu disusul dengan pelaut, dan kemudian kalangan profesional, pekerja di berbagai sektor seperti perbankan, artsitektur, pengusaha, mahasiswa, pelajar, kalangan akademisi, serta lainnya.

Setelah itu, Ma'ruf menyampaikan terima kasih kepada Dubes Swajaya atas jamuan makan malam. Ia juga turut menjelaskan akan rencana kuliah umumnya di Public Lecture di S. Rajaratnam School of International Studies-Nanyang Technological University pada hari Rabu ini (17/10/2018).

"Sebenarnya, Islam moderat itu adalah sejak awal menjadi paham yang dianut mainstream, sebagian besar bangsa Indonesia. Dengan pandangan Islam Wasathiyah yang moderat itu, kalangan Islam dan kalangan Nasional bisa menyatu dengan menyepakati Pancasila dan UUD 1945 dan kemudian melahirkan NKRI," papar Ma'ruf.

 

2 dari 2 halaman

Pertemuan dengan PM Singapura

Menurutnya, dalam perkembangannya justru telah menguat tantangan dari paham keagamaan ekstrim, bahkan cenderung teroris. Apalagi setelah adanya ISIS tahun 2014.

"Maka kita harus mengembalikan lagi, menguatkan lagi paham Islam Wasathiyah, untuk mengembalikan pada prinsip berbangsa dan bernegara. Istilah saya, ar-ruju’ ilal mabda’, kembali ke basic, ke pangkal lagi, seperti waktu pendiri bangsa mendirikan NKRI," lanjutnya.

Kemudian, Kiai Ma’ruf menceritakan pertemuannya dengan PM Singapura, Lee Hsien Loong pada Selasa siang (16/10/2018) di Istana Singapura.

"Saya berbincang dengan PM, tentang persoalan yang kita hadapi. Pentingnya membangun ekonomi berkeadilan. Menangani disparitas kaya miskin, juga disparitas antar daerah," kata Kiai Ma’ruf.

"Agar bisa mencerminkan wajah Indonesia yang rukun, santun, dan bersahabat. Saya berharap, terutama dalam menghadapi Pilpres yang akan datang, tidak terjadi konflik akibat perbedaan pilihan. Sehingga dapat menjaga keutuhan dan perilaku terpuji sebagai bangsa besar dalam rangka menjaga hubungan persahabatan Indonesia dan Singapura," ia mengakhiri.

Sebelum ke KBRI, malam itu Kiai Ma’ruf juga telah merima jamuan makan malam sekeluarga oleh Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, dan Menteri Negara Senior Malik Osman di Hotel Grand Hyatt, Singapura.