Liputan6.com, Jakarta Calon wakil presiden nomor urut 1 Ma'ruf Amin mengatakan Jokowi dituduh memperalat dirinya sebagai ulama Nahdlatul Ulama (NU) demi kepentingan Pilpres 2019. Dia menyebut itu tuduhan yang kejam.
"Ada yang bilang Kiai Ma'ruf ini hanya sebagai alat saja, ini isu yang kejam. Itu dikatakan Pak Jokowi memperalat saja. Masa Rais Aam bisa jadi alat? Kebangetan itu. Jangan didengar," ujar Ma'ruf Amin di hadapan ribuan peserta halaqah alim ulama dan silaturahmi pengasuh pondok pesantren se-Jawa Barat, di Ponpes Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (22/10/2018).
Ma'ruf Amin menegaskan dirinya tak sekadar ulama, tetapi juga berpengalaman dalam politik. Dia pernah menjadi anggota legislatif. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dia juga menjabat posisi eksekutif sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Advertisement
Jabatan eksekutif yang masih dipegangnya adalah anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
"Masa kita dianggap sebagai alat. Kebangetan itu. Makanya jangan didengar itu," imbuhnya.
Ma'ruf mengatakan Jokowi bisa saja memilih cawapres dari kalangan profesional atau politikus. Namun Jokowi memilih seorang ulama.
"Tapi Pak Jokowi memilih saya, kiai dan santri. Berarti Pak Jokowi mencintai ulama, mencintai santri," ucapnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Santri Jadi Presiden
Dalam rangka hari santri ini, Ma'ruf mengatakan bukan mustahil seorang santri menjadi presiden. Dia pun ingin menjadi inspirasi para santri agar tak selalu rendah diri karena bisa menjadi apa pun.
"Santri bisa jadi presiden. Buktinya, Gus Dur itu presiden. Santri bisa jadi presiden apa tidak? Bisa. Maka santri harus berbesar hati dan bersemangat. Siapa tahu presiden nanti dari Tasik dan sekitarnya," pungkas Ma'ruf.
Reporter:Â Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement