Liputan6.com, Jakarta - Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno telah tiga kali meminta maaf atas tiga kesalahan, yakni soal hoaks Ratna Sarumpaet, tampang Boyolali dan melangkahi makam tokoh NU.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding mengatakan, tradisi minta maaf sebenarnya baik, tetapi minta maaf terus-menerus juga tidaklah baik dan patut.
"Saya kira ke depan orang-orang akan banyak berbuat tanpa dipikir, berbuat seenaknya, berbuat grusa-grusu, asal ngomong dan sebagainya tanpa memikirkan dampaknya, dan setelah itu minta maaf. Selesai urusan," ucap Karding, Rabu (14/11/2018).
Advertisement
Ia mengatakan, dalam politik setiap ucapan dan kebijakan pasti berdampak sangat luas bagi kehidupan masyarakat di semua bidang.
"Tentu dampak negatif yang saya maksud. Jadi, harus mulai dipikirkan agar semua tindakan dibagun atas sikap dan tindakan yang betul-betul berhati-hati, betul-betul tidak asal ngomong, betul-betul tidak asal bertindak," ucapnya.
Menurut dia, rakyat harus memahami secara kritis bahwa meminta maaf itu penting, tetapi jangan begitu saja menerima.
Sejalan dengan pendapat Karding, juru bicara TKN lainnya, Ace Hasan Syadzily, mempertanyakan Prabowo dan Sandiaga sebagai calon pemimpin yang terus-menerus minta maaf.
"Apakah calon pemimpin yang selalu melakukan kesalahan dan terus-menerus minta maaf itu, layak dipercaya?" ujarnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini: