Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir menyatakan tidak ada yang salah dari pernyataan Joko Widodo atau Jokowi yang geram dengan fitnah PKI. Penggunaan kata tabok untuk penyebar pun dinilai wajar.
Selain itu, kata Erick, pernyataan Jokowi saat itu tidak belebihan didukung dengan reaksi tubuh dengan mengelus dada.
"Kan cara menyampaikannya beliau, sabar sabar, tapi masa enggak boleh ngomong," ujar Erick Thohir seraya menirukan gerakan Jokowi mengelus dada di Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa 27 November 2018.Â
Advertisement
Erick menganalogikan sikap calon presiden nomor urut 01 itu dengan reaksi semut saat terdesak.
"Istilahnya semut itu kecil, diinjek aja dia gigit loh apalagi manusia. Saya rasa wajar," ujar Erick.
Pernyataan tabok tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat membagikan 1.300 sertifikat tanah untuk warga Lampung Tengah di Lapangan Tenis Indoor Gunung Sugih, Lampung Tengah, Jumat 23 November 2018.
"Coba lihat di medsos, Presiden Jokowi itu PKI. Fitnah-fitnah seperti itu," kata dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Berulang Kali Membantah
Jokowi berulang kali membantah bahwa dia bukan aktivis PKI. PKI sudah dibubarkan pada 12 Maret 1966, sedangkan Jokowi baru dilahirkan 21 Juni 1961.
"Saat PKI dibubarkan saya baru 4 tahun. Kok bisa diisukan Jokowi aktivis PKI, masak ada PKI balita," ujarnya.
Selama empat tahun menjadi Presiden, Jokowi mengaku selalu dikaitkan dengan PKI. Jokowi tak bisa lagi menyembunyikan kekesalannya. Kepala Negara menyatakan bakal mencari siapa yang menyebar isu bohong.
"Ini yang kadang-kadang haduh. Mau saya tabok orangnya di mana, saya cari betul," kata Jokowi.
"Saya ini sudah 4 tahun digini-giniin. Sabar, sabar ya Allah, sabar, sabar. Tapi sekarang saya berbicara karena jangan sampai ada 9 juta orang percaya terhadap berita-berita begini," sambungnya.
Tak hanya soal PKI, Jokowi juga menjawab isu pro asing. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menegaskan dirinya justru telah merebut aset Indonesia yang selama ini dikuasai asing. Misalnya Blok Mahakam dan Blok Rokan yang kini di bawah kendali Pertamina. Sebelumnya, Blok Mahakam dikuasai oleh Prancis dan Jepang, sedangkan Blok Rokan dikuasai Amerika.
"Freeport juga yang sejak 1970 kita hanya dapat 9 persen dan diam saja, sekarang kita sudah dapat 51 persen. Antek asing yang mana?," ucap dia.
Selanjutnya Jokowi membantah tuduhan telah mengkriminalisasi ulama. Mantan Wali Kota Solo ini menegaskan dirinya tidak pernah mengkriminalisasi ulama.
Jokowi justru memiliki kedekatan dengan ulama, hal itu ditandai dengan seringnya Kepala Negara bersilaturahmi ke Pondok Pesantren.
"Saya setiap hari, setiap minggu ketemu ulama. Kriminalisasi yang mana? Masyarakat jangan mudah percaya," ucapnya.
Â
Â
Reporter: Yunita Amalia
Sumber: Merdeka.com
Advertisement