Sukses

La Nyalla Kini Pro Jokowi, Tebus Dosa dengan Keliling Jawa Timur Bersihkan Isu PKI

La Nyalla juga meluruskan, bahwa isu Jokowi yang dianggap anti-Islam adalah tidaklah benar.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Jawa Timur, La Nyalla Mahmud Mattalitti berkeliling ke pelosok wilayah Jawa Timur. Hal itu ia lakukan guna menetralisir isu liar yang menyebut Joko Widodo sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Langkah ini sebagai bagian dari permintaan maaf, penebusan dosa sekaligus bentuk dukungan nyata La Nyalla untuk Jokowi-Maruf dalam Pilpres 2019.

Hal itu diungkapkan La Nyalla saat berkunjung ke kediaman cawapres nomor urut 01, Ma'ruf Amin di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan ini, La Nyalla menceritakan pertemuannya dengan Jokowi beberapa waktu lalu. Saat itu, La Nyalla mengaku menyampaikan permintaan maaf ke mantan Wali Kota Solo itu, karena pernah memfitnah Jokowi saat Pilpres 2014 lalu.

"Saya datang ke beliau (Jokowi), saya minta maaf. Bahwa saya yang isukan Pak Jokowi PKI. Saya yang fitnah Pak Jokowi Kristen, China. Saya yang sebarkan (Tabloid) Obor Rakyat di Jawa Timur, Madura. Akhirnya saya datang ke beliau dan sampaikan, saya mau minta maaf tiga kali. Alhamdulillah dimaafkan, ya sudah," kata La Nyalla saat berkunjung ke kediaman Ma’ruf Amin di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Selasa (11/12/2018).

La Nyalla juga meluruskan, bahwa isu Jokowi yang dianggap anti-Islam adalah tidaklah benar. Jokowi dilihatnya sebagai sosok yang taat beribadah.

"Sebelum saya mencari Pak Jokowi, saya datang ke tempatnya di Boyolali, saya datang ke Rawa Pening. Di situ banyak orang yang mengatakan, Pak Jokowi itu sejak muda itu sudah sering tirakat. Saya tahu Prabowo. Kalau soal Islam, lebih hebat Pak Jokowi," lanjutnya.

Kini, La Nyalla sudah mengubah arah politiknya. Ia pun berkomitmen untuk memenangkan Paslon 01, Jokowi-Ma’ruf Amin. Meski pada Pilpres 2014 lalu, La Nyalla sempat mendukung Prabowo Subianto.

2 dari 4 halaman

La Nyalla Sebut Orang Madura Dulu Milih Prabowo Karena Dikira Jokowi PKI

Mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla menjelaskan, perolehan suara Jokowi-JK di Jawa Timur saat itu sejatinya mampu di atas 800 ribu suara. Hanya saja, masyarakat terpengaruh dengan isu Jokowi merupakan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Isu itu bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya di daerah Madura sangat sensitif.

"Pokoknya Pak Jokowi menang di Jawa Timur. Kalau dulu menangnya 800 ribu, kalau sekarang lebih jauh lagi. Targetnya saya, Pak Jokowi harus menang di atas 70 persen. Orang Madura itu dulu milih Prabowo karena enggak ngerti, dikira Pak Jokowi ini PKI," kata La Nyalla di kediaman Ma'ruf Amin, Jakarta Pusat, Selasa (11/12).

La Nyalla menyayangkan ada pihak yang menebar isu sensitif tersebut. Sebab, seiring berjalannya waktu, menurut La Nyalla banyak aspirasi masyarakat Jawa Timur tersampaikan dengan baik. Oleh sebab itu, ia merasa, kontestasi pemilihan presiden sedianya saling beradu strategi politik baik, bukan sebaliknya menebar fitnah demi menjatuhkan lawan.

"Dulu saya fight untuk Prabowo. Salahnya Prabowo itu saya tutupi semua," tandasnya.

Sebelum menyatakan dukungannya, ia meminta maaf terlebih dahulu atas ulahnya menyebar isu Jokowi PKI.

"Saya minta maaf karena pernah ikut menyebarkan informasi-informasi negatif, termasuk isu-isu Jokowi keturunan dan pendukung PKI saat Pilpres yang lalu," kata La Nyalla kepada wartawan di Surabaya seperti dikutip Antara, Minggu (28/10).

La Nyalla menjelaskan sikapnya saat menjadi oposan sekaligus meminta maaf karena telah terlibat dalam menyebarkan opini negatif terhadap sosok Jokowi pada saat Pilpres 2014 silam. Setelah mendengar klarifikasi dan permintaan maafnya, kata La Nyalla, Jokowi mengaku sudah tidak menanggapi fitnah-fitnah seperti itu.

“Sudahlah Bang Nyalla, saya sudah tidak menanggapi lagi fitnah-fitnah seperti itu”, kata Jokowi ditirukan La Nyalla.

Di akhir pertemuan, Jokowi mengucapkan terima kasih atas dukungan La Nyalla. Bahkan sempat membaca berita seputar tekad La Nyalla, yang juga calon anggota DPD RI itu untuk memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di Madura dalam Pilpres 2019.

3 dari 4 halaman

La Nyalla Mengajak Lupakan Prabowo dan Menangkan Jokowi

"Lupakan Prabowo. Tidak usah ngomong Pak Prabowo lagi. Kita sudah mau memenangkan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin," ujar La Nyalla.

La Nyalla pun menegaskan, saat ini ia telah menyiapkan strategi untuk Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Misalnya, kata dia, dengan roadshow ke seluruh daerah di Jawa Timur.

"Silakan anda tanya di Jawa Timur. Kita sudah punya yang namanya rumah rakyat Jokowi itu di kantor saya. Kerjanya mereka itu sudah door to door. Kita tidak banyak omong," jelas La Nyalla.

"Kita turun ke daerah, door to door, kita merangkul pemain sepak bola, suporter itu semua barisan sama kita," sambungnya.

La Nyalla mengaku dihadiahi sorban oleh calon wakil presiden Ma'ruf Amin saat bertemu di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta.

"Tadi kebetulan dikasih juga sorban, alhamdulillah, dikasih bola sama beliau (Ma’ruf Amin). Saya melihat beliau memang concern juga di sepakbola jadi pantes lah," ucap La Nyalla.

4 dari 4 halaman

Kilas Balik La Nyalla dan Pengakuannya Soal Mahar Gerindra

Langkah La Nyalla Mattalitti untuk menjadi calon Gubernur Jawa Timur kandas sebelum berlaga. Padahal, mantan Ketua Umum PSSI ini jauh-jauh hari sudah menyatakan siap bertarung di laga pemilihan lima tahunan tersebut. Terlebih, dia telah mengantongi restu dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Kegagalan ini membekas dalam diri La Nyalla. Ia pun menumpahkan semua kekecewaannya dalam konferensi pers, Kamis, 11 Januari 2018. Dalam kesempatan itu, dia membeberkan segala upaya yang sudah dilakukan, juga uang yang telah dikeluarkan demi bisa ikut Pilkada Jatim.

Dia mengungkapkan, dia telah menemui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, tetapi diminta mengeluarkan sejumlah uang. Nilainya pun fantastis, hingga puluhan miliar.

Mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti gagal menjadi calon Gubernur Jawa Timur dalam Pilkada Jatim 2018. La Nyalla pun buka-bukaan terkait langkah Partai Gerindra mengusungnya di Pilkada Jatim 2018 yang dinilai setengah hati.

Dia mengaku mendapat kabar dari Ketua DPD Gerindra Jatim Supriyanto bahwa Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menyebut La Nyalla tidak didukung ulama. Sementara di sisi lain, dia tetap ditanya tentang kesiapan menyediakan uang untuk saksi.

"Uang saksi dari 68 ribu TPS dikali Rp 200 ribu per orang dan dikali 2 berarti Rp 400 ribu, itu sekitar Rp 28 miliar. Tapi, yang diminta itu Rp 40 miliar dan harus diserahkan sebelum tanggal 20 Desember (2017). Enggak sanggup saya. Ini namanya saya beli rekom. Saya enggak mau," ujar La Nyalla di kawasan Tebet, Jakarta, Kamis, 11 Januari 2018.

"Akhirnya saya ingat Prabowo menyampaikan, kalau enggak punya uang jangan maju, ya uwis," ujar La Nyalla.

Atas hal ini, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membantah tudingan La Nyalla terkait adanya permintaan uang tersebut. Fadli mengaku tidak pernah mendengar ataupun menemukan bukti akan pernyataan itu.

Dia meyakini Prabowo hanya menanyakan kesiapan finansial La Nyalla sebagai kebutuhan logistiknya selama Pilkada Jatim 2018. Menurut dia, dana tersebut digunakan untuk dirinya sendiri.

Dia menjelaskan, logistik sangat dibutuhkan saat pertarungan, apalagi kebutuhan pillkada sangat besar. Seperti halnya untuk pemenangan baik digunakan untuk pertemuan, perjalanan, konsumsi, untuk saksi dengan jumlah tempat pemungutan suara yang sangat besar, hingga untuk gerakan relawan.

Tak hanya itu, La Nyalla juga mengaku dimaki-maki Prabowo. Hal tersebut dialaminya setelah mendapat telepon dari Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon.

"Saya kan ditelepon sama Fadli Zon. Ini saya, Mas. Ini untuk apa saya dipanggil sama 08 (Prabowo) dimaki-maki, dimarah-marahin dan disuruh serahkan uang saksi? Loh saya datang ke sana itu buat dampingi ngasih rekom (Sudrajat), kok saya dimaki-maki, loh saya ini siapa?" ujar La Nyalla.

La Nyalla jelas tak menerima perlakuan ini. "Prabowo ini siapa? Saya bukan pegawai dia, kok dia maki-maki saya?" ujar dia kesal.

Untuk bisa ikut Pilkada Jatim, politikus Gerindra ini mengungkapkan telah mengeluarkan uang Rp 5,9 miliar.

"Saya juga sudah buka cek Rp 70 miliar, sudah dibawa oleh saudara Daniel (Pengusaha Tubagus Daniel Hidayat) ke Hambalang (kediaman Prabowo). Hambalang juga saya enggak tahu," ungkap La Nyalla.

Meski demikian, kata La Nyalla, dia masih belum mendapat rekomendasi dari sang Ketua Umum untuk bisa maju di Pilkada Jatim.

"Begitu sudah lama kok kita enggak direkom-rekom. Nah, saudara Daniel menelepon dan sempat bertemu. Nah, dia bilang siapkan Rp 150-170 miliar, nanti akan dibawa ke Prabowo langsung," papar dia.

La Nyalla sendiri mengaku tidak bersedia membayar seluruh uang "mahar" yang diminta itu.

"Saya sudah sampaikan, semua ini cair kalau sudah resmi jadi calon gubernur. Belum apa-apa saya sudah diperas," kata dia.

"Tanya sama Fadli Zon. Saya disuruh siapkan uang Rp 40 miliar, saya enggak mau."

Orang dekat La Nyalla Mattalitti, yaitu Tubagus Daniel Hidayat, membeberkan permasalahan mantan Ketum PSSI dengan Partai Gerindra dan Prabowo Subianto. Dia mengatakan, pihaknya sudah menggelontorkan banyak uang untuk Partai Gerindra di Pilkada Jawa Timur untuk pencalonan La Nyalla.

"Total-total Rp 6 miliar dan uang itu sudah masuk Hambalang. Saya punya bukti WA, bukti SMS, bukti yang menerima. Yang diterima 4 miliar katanya untuk pembikinan dojo. Belum lagi oknum ini minta setiap satu kali survei 300 juta, survei terus," ujar Daniel.

Selain itu ada juga permintaan AC di Hambalang Rp 100 juta. Uang pun terus mengalir. Namun dalam perjalanannya, La Nyalla terus dihambat.

Orang dekat La Nyalla Mattalitti, yaitu Tubagus Daniel Hidayat juga mengaku dimintai sejumlah uang untuk mendapatkan rekomendasi dari Partai Gerindra. Uang tersebut berjumlah miliaran rupiah.

"Saya pancing-pancing deh, habis itu minta 3 M, 4 M. Ada telepon, kalau telepon itu kan pakai WA. Nah, WA enggak bisa direkam. Bahasanya gampang Bos, kalau mau rekom dari Partai Gerindra bawa saja Rp 150-170 miliar bawa cash, saya bawa ke Prabowo, beres-beres. Itu direkam teman saya," kata Daniel.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membantah tudingan La Nyalla terkait adanya permintaan uang sebesar Rp 40 milliar oleh Prabowo Subianto. Fadli mengaku tidak pernah mendengar ataupun menemukan bukti akan pernyataan itu.

Dia meyakini Prabowo hanya menanyakan kesiapan finansial La Nyalla sebagai kebutuhan logistiknya selama Pilkada Jatim 2018.

"Kalau misalnya itu terkait dipertanyakan kesiapan untuk menyediakan dana untuk pemilik yang digunakan untuk dirinya sendiri itu sangat mungkin," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (11/1/2018).

Dia menjelaskan logistik sangat dibutuhkan saat pertarungan, apalagi kebutuhan Pillkada sangat besar. Seperti halnya untuk pemenangan baik digunakan untuk pertemuan, perjalanan, konsumsi, untuk saksi dengan jumlah tempat pemungutan suara yang sangat besar, hingga untuk gerakan relawan.