Sukses

Prabowo Dinilai Lebih Agresif di Debat Pilpres Keempat

Rahmat menambahkan, dari debat semalam, Prabowo terlihat lebih paham dan berpengalaman atas hal-hal prinsipal dan fundamental.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Pengusaha Berkarya (PBPB) Rahmat menilai, capres Prabowo Subianto tampil lebih agresif di debat pilpres keempat dibanding debat sebelumnya. Capres 02 itu berkali-kali mempertanyakan kebijakan dan sikap pemerintahan Jokowi. Sehingga, membuat Jokowi tidak percaya diri. .

"Prabowo telah menang dengan cara yang disukai pendukung loyalisnya, yakni membuat capres Jokowi tegang," kata Rahmat Minggu (31/3) hari ini.

Rahmat menambahkan, dari debat semalam, Prabowo terlihat lebih paham dan berpengalaman atas hal-hal prinsipal dan fundamental. Tema debat seperti ideologi, pemerintahan, dan hankam sangat dikuasai.

Bagaimana tidak, lanjut dia, karena Prabowo banyak menghasilkan kader-kadernya menjadi pimpinan pemerintahan di daerah sejak Gerindra berdiri dilanjutkan masa Prabowo sebagai Cawapres Megawati melalui Perjanjian Batu Tulis.

"Jokowi tampak berupaya meyakinkan dengan cara mengulas secara update teknis detail sesuatu terminologi pelayanan yang pantasnya diuraikan oleh level Dirjen, namun pelaksanaannya belum diakui rakyat telah berhasil efektif. Sementara Prabowo tidak bersedia turun level karena ini debat Capres bukan debat calon dirjen," papar caleg DPR RI itu.

Dia juga menilai, ucapan Jokowi soal janji-janji manis dan bagi-bagi kartu seharusnya dilakukan level dirjen.

Di sini, Rahmat melihat kelalaian Erick Thohir yang mengira Prabowo tidak update dengan kemajuan di bidang 4 tema debat tersebut. Menurutnya, TKN melupakan fakta bahwa Prabowo masih ramai didukung pensiunan TNI dan keluarga besar purnawirawan TNI yang terlihat jelas dari semakin membludaknya dukungan di lapangan. 

Sementara, Pengamat politik Universitas Islam Negeri Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago melihat kedua kandidat menunukkan ciri khas masing-masing. Jokowi misalnya,tidak agresif, tidak ovensif, dan tidak menyerang. Sementara, Prabowo kembali kepada identitas dia yang keras dan tegas.

“Debat keempat ini diambil oleh Prabowo, lebih didominasi oleh Prabowo. Tidak ada di situ senyum-senyum dan cengengesan, beliau ingin mengesankan kepemimpinan strong leadership itu tidak bisa main-main karena ini harga mati dalam sebuah negara dalam rangka menjaga kedaulatan negara,” terang Pangi di Jakarta, Minggu (30/3/2019).

Direktur Voxpol Institute ini menambahkan, kedua kandidat juga mengklarifikasi soal tuduhan yang dialamatkan kepada mereka. Seperti Jokowi itu dituduh sebagai antek asing dan PKI sedangkan Prabowo dituduh sebagai akan mendirikan khilafah.

“Makanya seperti yang disampaikan Hendropriyono juga soal ideologi agak recehan juga dan berpotensi memecah belah, karena soal ideologi ini digoreng, dijual dan dijadikan sebagai komoditas politik,” sambungnya.

 

2 dari 2 halaman

Tuduhan Pada Prabowo Terpatahkan

Merujuk pada debat semalam pula, Pangi memaparkan tuduhan yang dialamatkan ke Prabowo mengalami patahan di tengah jalan. Bahkan narasi tersebut dianggap sangat dangkal.

“Pak Prabowo kan mengatakan bahwa saya ini lahir dari keluarga Nasrani, itu kan dia udah kesal betul 'bagaimana kemudian saya dituduh anti pancasila, saya ini prajurit saya bersumpah. Saya ini patriot yang berani mati demi bangsa dan negara' dengan klarifikasi itu sebetulnya tuduhan itu sudah terjawab dan sudah selesai,” jelasnya.

Kendati demikian, Pangi mengkritisi klaim petahana terkait hubungan imternasional terutama dalam mediasi konflik Myanmar. Menurutnya, pemerintah tidak memperlihatkan bargening bahwa Indonesia mampu menghentikan genosida dan pelanggaran HAM di Myanmar tersebut.

“Kita hanya mengutuk, itu tidak penting bagi negara mengutuk itu, tapi bagaimana menghentikan. Negara harus bisa mengancam dan membuat hubungan diplomatis itu clear,” paparnya.

Selain itu, Pangi menilai mestinya debat semalam menjadi momentum bagi Prabowo untuk mengkritik, kenapa Jokowi jarang sekali hadir dalam momen-momen G20 dan forum-forum PBB atau pertemuan internasional lainnya.

“Harusnya Jokowi menggunakan panggung tersebut dengan baik dengan menyetarakan diri kita dengan negara lain, seperti yang dilakukan oleh Bung Karno bertemu dengan AS dan Rusia dan lain-lain,” urai Pangi.