Sukses

Gaduh Tudingan Propaganda Rusia dan Permintaan Maaf Fadli Zon

Isu tersebut berkembang cepat sebagai komoditas politik. Di hari yang sama, Jokowi pun mengklarifikasi maksud yang pernah disampaikannya dan sempat menuai polemik.

Liputan6.com, Jakarta - Rusia mendadak menjadi buah bibir di tengah pusaran politik Indonesia. Musababnya, kala Calon Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut ada propaganda Rusia di tengah kontestasi politik yang digunakan tim sukses calon lainnya.

Meski tidak menyebut tim sukses siapa, namun dalam kontestasi Pilpres hanya ada dua pihak yang bertanding; Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno.

Polemik kian melebar luas. Pihak Rusia angkat bicara mengenai tudingan itu. "Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," cuit @RusEmJakarta seperti dikutip merdeka.com, Selasa (5/2/2018).

Cuitan itu lantas dibagikan dan direspons Wakil Ketua DPR yang juga politikus Partai Gerindra, Fadli Zon.

"Mohon maaf atas pernyataan presiden @jokowi yang grasa grusu," ucap Fadli.

Isu tersebut berkembang cepat sebagai komoditas politik. Di hari yang sama, Jokowi pun mengklarifikasi maksud yang pernah disampaikannya dan sempat menuai polemik.

Istilah 'propaganda Rusia' itu, menurut Jokowi, adalah bukan urusan negara tetapi terminologi dari artikel RAND Corporation yang berjudul 'The Russian 'Firehouse of Falsehood' Propaganda model pada 2016.

"Iya ini kita tidak bicara mengenai negara, bukan negara Rusia tapi terminologi dari artikel di RAND Corporation. Sehingga ya memang tulisannya seperti itu, bahwa yang namanya semburan kebohongan, semburan dusta, semburan hoaks itu bisa mempengaruhi dan membuat ragu dan membuat ketidak pastian," kata Jokowi di Jakarta Selatan, Selasa (5/2/2019).

"Sekali lagi ini bukan urusan negara kita Indonesia dan Rusia, bukan. Saya dengan Presiden Putin sangat-sangat baik hubungannya," tegas Jokowi.

 

2 dari 2 halaman

Meraup Suara

Hal senada disampaikan Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Jusuf Kalla. Dia menilai, tidak ada intervensi dari Rusia terkait pernyataan Jokowi yang mengatakan lawan politiknymenggunakan propaganda Rusia. Dia menilai propaganda Rusia adalah jenis dan tidak ada urusan terkait negara tersebut.

"Tidak ada (intevensi), itu kata jenis bahwa propaganda macem itu sejenis apa yang mungkin, rusia kan pernah negara sosialis berat komunis-lah, jadi cara berkampananye meyakinkan orang gini caranya, jadi bukan menyinggung Rusia sebagai negara, tetapi sebagai kata jenis," kata JK di Kantornya, Jalan Merdeka Utara, Rabu (6/2/2019).

JK menjelaskan, propaganda saat kampanye wajar dilakukan. Sebab hal tersebut adalah cara untuk meraup suara.

"Jadi ya namanya propaganda tentu mengupayakan agar didengar yang baik-baik. Jadi tidak didengarkan, cari yang baik. Yang negatif ya kita usahakan bagaiamana tidak didengarkan," kata JK.

Dia menjelaskan propaganda tidak hanya dilakukan saat kampanye saja. Melainkan perusahaan juga kata JK sering memasarkan prodak untuk barang yang terbaik.

"Mau kampanye kan beli suatu produk itu kan mempropagandakan," kata JK.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: