Liputan6.com, Jakarta - Gelaran pemilihan presiden (Pilpres) 2019 telah memasuki babak akhir. Dalam empat bulan, selisih elektabilitas antara kedua pasangan calon (paslon) semakin menipis, seiring turunnya elektabilitas Jokowi dan peningkatan elektabilitas Prabowo.
Meski demikian, berdasarkan hasil survei Y-Publica yang dilakukan sejak Januari hingga Maret 2019, Jokowi-Ma'ruf masih unggul jauh dengan perbedaan elektabilitas sebesar 20,3 persen. elektabilitas Jokowi mencapai 53,1 persen, sedangkan Prabowo 32,8 persen.
"Meskipun elektabilitas terus meningkat, sangat sulit bagi Prabowo-Sandi untuk mengalahkan Jokowi-Ma'ruf, bahkan jika berhasil meraup seluruh suara undecided voter sebanyak 14,1 persen," kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono, Jumat, 5 April 2019.
Advertisement
Menurut Rudi, turunnya elektabilitas Jokowi berkorelasi dengan penurunan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan. Kepuasan terhadap calon presiden (capres) petahana Jokowi terus mengalami penurunan, hingga sebesar 69,2 persen.
"Masa kampanye yang panjang menjadi ajang bagi kubu oposisi untuk melancarkan kritik terhadap kelemahan petahana," jelas dia.
Figur Jokowi dan Prabowo masih menjadi faktor utama yang mendongkrak elektabilitas dua partai politik (utama) pengusung paslon.
Dengan elektabilitas 26,5 persen, PDI Perjuangan diprediksi memenangkan pemilihan anggota legislatif (Pileg) 2019. Sementara, Gerindra menyusul sebagai runner up dengan elektabilitas 14,3 persen.
PDIP dan Gerindra bersama dengan Golkar, PKB, dan Demokrat menempati posisi lima besar parpol yang diprediksi lolos ambang batas parlemen.
"Yang menarik, parpol-parpol nasionalis mengalami pelemahan elektabilitas dalam 1-3 bulan terakhir, hanya PKB yang cenderung naik," lanjut Rudi.
Partai Papan Bawah Bersaing
Elektabilitas Golkar mencapai 8,6 persen, PKB 7,8 persen, dan Demokrat 5,2 persen. Sebaliknya, parpol-parpol papan tengah cenderung meningkat elektabilitasnya, kecuali PPP dan Perindo. Nasdem memimpin dengan elektabilitas 3,9 persen, diikuti PKS 3,8 persen, PSI 3,6 persen, dan PAN 3,3 persen.
"PPP (2,8 persen) tampaknya terpengaruh penangkapan ketua umum Romahurmuzy, sedangkan Perindo (1,8 persen) masih berpeluang lolos threshold," ujarnya.
Pada papan bawah adalah parpol-parpol yang diprediksi tidak lolos ambang batas. Hanura mengalami penurunan elektabilitas paling tajam, hingga tersisa 0,9 persen.
Lainnya adalah PBB (0,8 persen), Berkarya (0,6 persen), PKPI (0,5 persen), dan Garuda (0,4 persen).
"Masih ada sebanyak 15,1 persen menyatakan belum memutuskan atau tidak menjawab," pungkas Rudi.
Y-Publica melakukan survei nasional berbasis dapil dalam periode akhir Januari hingga bulan Maret 2019. Temuan survei merupakan agregat dari 54 dapil dengan jumlah keseluruhan responden mencapai 43.200 orang.
Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) di setiap dapil dengan margin of error 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Â
Advertisement