Sukses

Demokrat: Quick Count Punya Metodologi, Jangan Tak Percaya lalu Marah

Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin mengimbau, pihak yang kalah pemilu berdasarkan hasil quick count tidak perlu marah-marah.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin mengatakan, setiap hitung cepat atau quick count mempunyai metodologi ilmiah.

"Yang namanya real count dan quick count memang ada metodologinya. Tentunya kami tidak bisa, walaupun saya tidak secara mutlak harus percaya, kalau metodologi itu dijalankan sesuai dengan norma-norma yang standar dan baku, memang seperti itu keadaannya," ucap Amir kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2019).

Dia pun mengimbau, pihak yang kalah pemilu berdasarkan hasil quick count tidak perlu marah-marah. "Tidak bisa kita, karena dikabarkan kecenderungan menurun, lantas tidak percaya, bahkan marah, atau apa pun, itu tidak perlu," ungkap Amir.

Meskipun demikian, dia menegaskan, pihaknya masih menunggu perhitungan real count KPU. "Tetapi saya harus menunggu real count nanti di bulan Mei," kata Amir.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Prabowo Merasa Menang Pilpres

Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto meyakini dirinya lah yang memenangkan Pilpres 2019. Keyakinan Ketua Umum Partai Gerindra itu berdasarkan hasil real count internal pihaknya, bukan quick count yang diselenggarakan sejumlah lembaga survei.

"Berdasarkan real count kita, kita sudah berada di posisi 62 persen. Ini adalah hasil real count dalam posisi lebih dari 320 ribu TPS," ungkap Prabowo di Jakarta, Rabu (12/4/2019).

Sementara, berdasarkan hasil quick count sejumlah lembaga survei, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat Jokowi-Ma'ruf meraih 54,85 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi 45,15 persen. Hal itu berdasarkan suara masuk 97,72 persen.

Sejumlah lembaga survei lainnya juga mencatatkan angka yang tidak jauh berbeda.