Sukses

Sekjen Parpol Koalisi Prabowo Bantah Isu Perpecahan

Kepada partai koalisi Prabowo menyampaikan rasa terimakasihnya kepada setiap kader masing-masing partai dan relawan yang mendukung dalam Pemilu 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso membantah isu pecah kongsi koalisi partai pengusung calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Priyo menyatakan, isu tersebut hanya gorengan pihak tak bertanggung jawab.

"Berita beredar seolah koalisi retak, itu hanya isu digoreng. Nyatanya ke 5 partai koalisi solid," kata Priyo melalui pesan tertulisnya kepada Liputan6.com, Sabtu (20/4/2019).

Priyo menceritakan, kelima Sekjen koalisi partai Indonesia Adil Makmur ini melakukan pertemuan yang digawangi langsung Prabowo Subianto di kediamannya, Jalan Kertanegara, Jakarta, pada Jumat malam 19 April 2019.

Kepada partai koalisi Prabowo menyampaikan rasa terimakasihnya kepada setiap kader masing-masing partai dan relawan yang mendukung dalam Pemilu 2019.

"Beliau bersyukur kepada Tuhan dan menyampaikan terima kasih atas dukungan besar rakyat, partai-partai koalisi seluruh jaringan dan caleg, para ulama, tokoh semua agama, para relawan, emak-emak, milenial dan semua pihak," ujar Priyo.

Dari foto pertemuan, kelima Sekjen hadir bersama Prabowo yaitu Ahmad Muzani dari Partai Gerindra, Hinca Panjaitan dari Partai Demokrat, Edy Soeparno dari Partai Amanat Nasional, Mustafa Kamal dari PKS, dan Priyo Budi dari Partai Berkarya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Anjuran Tidak Terprovokasi

Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengapresiasi sikap Prabowo agar tidak terprovokasi.

"Agar para pendukung tidak terprovokasi dan fokus mengawal kotak suara atau C1 hingga tahap akhir penghitungan," terang Ujang di Jakarta, Kamis (18/4/2019).

Ujang memaparkan, semua kandidat Pilpres 2019 serta para pendukungnya, sejatinya menikmati demokrasi dengan menyenangkan dan membahagiakan. Ia pun mengingatkan agar semua pihak menunggu hasil akhir dari real count KPU.

"Siapapun pemenangnya nanti, diharapkan kedua kubu dan seluruh rakyat Indonesia menerimanya dengan hati yang lapang," sambungnya.

Sementara Jokowi, yang unggul versi quick count tidak buru-buru merayakan kemenangan dan mengajak pendukungnya untuk tetap menjaga kondusifitas dan kedamaian pasca pencoblosan. Menurutnya, dalam demokrasi sekeras apapun persaingan tetap harus saling menghormati. Pihak yang menang menghormati yang kalah dan yang kalah menghormati dan mengakui kekalahan.

"Jika tidak terima dengan hasil pemilu, demokrasi membuka ruang untuk menyelesaikan sengketa melalui mekanisme hukum. Bukan menyelesaikan dengan kekerasan dan berbuat anarkis," tandasnya.

Namun demikian pada pemilu kali ini, Aliansi Penggerak Demokrasi Indonesia (APDI) menemukan beberapa permasalahan di lapangan.

Ketua Umum APDI Wa Ode Nur Intan menyebutkan, masalah-masalah tersebut di antaranya ditemukannya banyak panitia TPS tidak mengizinkan pemilih yang bukan beralamat asli di sekitar tersebut diberi hak memilih, padahal sudh menunjukkan e-KTP.

"Hal ini sangat disayangkan. Kejadian tersebut kami temui di Jogja, Tangerang, Depok dan Bekasi. Mereka adalah perantau dan mahasiswa,” ungkapnya.