Sukses

Jadi Calon Independen, Penjahit dan Ketua RW Ini Tak Gentar Lawan Gibran Rakabuming

Lawan Gibran dan Teguh di Prakosa dari jalur perseorang bukan dari kalangan politikus maupun pengusaha, melainkan seorang penjahit dan ketua RW.

Liputan6.com, Jakarta Rekomendasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk calon wali kota (Cawali) dan calon wakil wali kota (Cawawali) di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Solo 2020 diberikan kepada Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa. 

Selain telah mengantongi restu dari PDIP, Gibran dan Teguh juga telah mendapatkan dukungan dari sejumlah partai besar yang akan membawanya menjadi orang nomor 1 di Kota Solo.

Dengan melihat banyaknya dukungan yang kini merapat pada kedua pasangan ini, banyak kalangan yang memperkirakan Gibran Rakabuming dan Teguh Prakosa akan melawan kotak kosong. 

Meski begitu, ada satu pasangan calon (paslon) dari jalur perseorangan yang mengaku tak gentar melawan Gibran-Teguh di Pilkada Solo pada 9 Desember nanti. Mereka adalah Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo).

Keduanya bukan dari kalangan politikus maupun pengusaha, tetapi seorang penjahit dan ketua RW.

"Saya maju itu sebagai pion wong cilik. Pion itu pantang mundur, pion itu selangkah demi selangkah maju terus. Siapa pun yang mengadang saya itu semua putra terbaik Solo," kata Bagyo. 

Saat menyerahkan dukungan untuk Pilkada di Kantor KPU Solo, Jumat, 21 Februari 2020, pasangan Bajo mengenakan kemeja lurik motif cokelat dan hitam diiringi teriakan yel-yel dari para pendukungnya.

Total terdapat lima kontainer plastik yang masing-masing berisi berkas syarat dukungan per kecamatan yang diserahkan oleh tim sukses Bajo. 

Tim sukses pasangan Bajo saat membuka kontainer berisi berkas syarat dukungan di hadapan komisioner KPU Solo, Jumat (21/2).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

"Kami sudah mengumpulkan 41.425 fotokopi e-KTP. Jumlah ini melebihi dari syarat minimal 35.870 e-KTP yang harus dikumpulkan. Hari ini kami serahkan ke KPU," kata calon wali kota Solo, Bagyo Wahyono di Kantor KPU Solo, Jumat, 21 Februari 2020.

Bagyo yang sehari-hari sebagai penjahit di Solo itu mengaku bahwa majunya sebagai balon wali kota bukan merupakan keinginannya sendiri, tetapi muncul adanya dorongan dari masyarakat yang menginginkan perubahan di Kota Solo.

Dia mengungkapkan jika keinginan masyarakat itu untuk mengangkat pemimpin yang memang berasal dari kalangan masyarakat bawah.

"Saya dan Pardjo (FX Supardjo) ini bukan siapa-siapa. Tapi apakah salah kalau teman-teman itu ingin saya dan Pak Pardjo menjadi salah satu tokoh di Kota Solo. Ya, kami maju ini karena mengemban amanah dari teman-teman yang inginkan pemimpin diangkat murni dari masyarakat biasa," ucapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Pekerjaan Penjahit dan Ketua RW

Bagyo sehari-harinya merupakan seorang penjahit. Dia mengaku namanya sangat dikenal di kalangan para penjual kain maupun pakaian di sentra-sentra pusat jual beli pakaian dan kain seperti di Beteng Trade Center maupun Pusat Grosir Solo.

"Kalau saya istilahnya itu menjahit, tapi banyak orang mengatakan saya sebagai desainer," jelasnya.

Sementara itu, Supardjo mengaku sebagai karyawan swasta sebuah LPK di Solo. Selain itu, di dalam kehidupan bermasyarakat dirinya juga merupakan pengurus RW.

"Saya itu Ketua RW di Pajang. Dan dalam rapat kita mencoba sosialisasi tentang pencalonannya sebagai pasangan wali kota dan wakil wali kota melalui jalur independen. Saya juga tidak jenuh-jenuhnya sowan ke sana kemari," akunya.