Sukses

Nyekar ke Makam, Rahayu Saraswati Kenang Perjuangan Sang Kakek

Rahayu Saraswati menyempatkan memberikan penghormatan di makam Mayor Daan Mogot, perwira yang memimpin pasukan pelucutan senjata tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Bakal calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo ziarah ke makam kakeknya, di Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Kota Tangerang, Senin (17/8/2020). Dia pun mengenang perjuangan peristiwa Lengkong 25 Januari 1946.

Dua kakek Rahayu Saraswati tersebut adalah Letnan I.R.M Soebianto Djojohadikoesoemo dan R.M Soejono Djojohadikoesoemo, yang gugur dalam pelucutan senjata tentara Jepang yang hingga kini dikenal sebagai 'Peristiwa Lengkong', 25 Januari 1946.

Saras yang mengenakan kebaya encim berwarna putih langsung berdoa di kedua makam kakek moyangnya. Dengan mendekap segenggam mawar merah, dia memberi penghormatan di kedua makam tersebut.

Dia pun menyempatkan memberikan penghormatan di makam Mayor Daan Mogot, perwira yang memimpin pasukan pelucutan senjata tersebut.

Saras mengatakan, kedatanganya ziarah bukan hanya karena Pilkada di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Dia mengaku dia selalu ke makam tersebut setiap 25 Januari.

"Memang biasanya kami sekeluarga kesini itu di tanggal 25 Januari, itu berdasarkan tanggal Peristiwa Lengkongnya. Tapi karena ada persiapan Pilkada dan lainnya, dan saat ini bertepatan dengan Hari Kemerdekaan, jadi sekalian nyekar," tuturnya, saat ditemui seusai nyekar, Senin (17/8/2020).

Setelah mengunjungi makam kakeknya, Rahayu Saraswati pun menuju Tugu Peristiwa Lengkong, dimana di tempat tersebut terjadi pertumpahan darah. Di sana, dia dan calon wali kota, Muhamad, melakukan apel peringatan Hari Kemerdekaan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Arti kemerdekaan bagi Saras

Baginya, Peristiwa Lengkong ataupun Hari Kemerdekaan memiliki arti sendiri bagi dia dan keluarga. Makanya, setiap hari kemerdekaan selalu dia resapi dan peringati apa yang telah dikorbankan leluhur, serta yang sudah diperjuangkan untuk Indonesia dihari ini.

Menurutnya, apa yang ditanamkan Djojohadikoesoemo kepadanya, sudah terpatri dari kecil. Menurutnya, kemerdekaan adalah jembatan emas menuju sejahtera bersama. Sejahtera yang tak semata bersifat material, tetapi lebih jauh dari itu, sejahtera hati dan pikiran.

Di mana setiap orang diberi ruang merdeka, ruang bebas untuk berbicara dan untuk didengarkan. Saraswati percaya, tanpa kemerdekaan untuk berpikir, berbicara dan didengarkan, maka tidak akan ada kreativitas dan inovasi.

"Pemimpin, harus mewujudkan hal itu. Memberi ruang kepada rakyat untuk bebas menyampaikan keinginan dan kebutuhan mereka, mendengarkannya sepenuh hati, dan menjadi pertimbangan utama para pemimpin di wilayahnya untuk mewujudkannya," tutur Saraswati.

Dia mengatakan, semangat kolaborasi yang sebenarnya sudah diajarkan nenek moyang sejak lama dengan semangat gotong royong adalah perwujudan nyata bahwa segala kebijakan bukan datang semata dari atas ke bawah. Dari pemerintah ke rakyat, tetapi juga semestinya, dari bawah ke atas, menyerap suara, kebijakan dan kearifan rakyat, untuk diwujudkan bersama-sama.

"Tugas pemimpin adalah mewujudkan harapan rakyat," tegas Saras.

Â