Liputan6.com, Jakarta - Kami bukan pembangun candi, Kami hanya pengangkut batu, Kamilah angkatan yang mesti musnah, Agar menjelma angkatan baru, Di atas pusara kami lebih sempurna.
Kutipan di atas adalah sepenggal puisi yang diduga ditulis oleh Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo.
Baca Juga
Pesan yang membangkitkan nilai juang itu, hingga sekarang terpatri di tugu Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Kota Tangerang. Dengan maksud, agar generasi milenials mengetahui nilai-nilai perjuangan pahlawan terdahulunya.
Advertisement
Seperti membalas puisi sang kakek, keponakan Prabowo Soebianto, Rahayu Saraswati Djojohadikoesoemo, membacakan puisi untuk kakeknya. Bertempat di Tugu Lengkong, Serpong, Kota Tangerang Selatan, Sarah membacakan puisi tersebut.
17 Agustus 2020 Surat kecil untuk Eyang
Ketika datang pertanyaan:
Untuk apa kamu hadir di bumi?
Ketika datang pertanyaan:
Apa yang telah kau beri pada penghuni bumi?
Ketika datang pertanyaan:
Apa yang telah kau lakukan untuk melestarikan bumi?
Ketika itu langsung teringat nasihat ibuku:
Di manapun engkau berada
Banggalah bahwa kamu orang Indonesia
Selalu bawa nama Tuhan
Jadilah berkat, jadilah rahmat buat sesama
Ketika itu bergetar suara hati:
Aku harus mengabdi
Pada negeri
Pada anak negeri
Pada warga di sini
Tempat kakekku mengabdi
Berjuang seluruh raga sepenuh hati
Bertaruh nyawa untuk negeri
Di sini
Dari sini Terpatri dalam kenangan:
Tangerang SelatanIndonesia.
Surat kecil untuk Eyang Subianto Djojohadikusumo
Eyang Sujono Djojohadikusumo
Yang gugur 25 Januari 1946
Dalam Pertempuran Lengkong, Serpong - Tangerang Selatan
Dari cucumu:Rahayu Saraswati Djojohadikusumo
(17-8-2020)
Sarah mengakui, apa yang dilakukan kakek buyutnya menjadi acuan dan nilai hidupnya di masa sekarang.
"Makanya kalau ada yang tanya apakah nama Djojohadikoesoemo itu beban, itu sama sekali tidak pernah terlintas di pikiran. Karena memang kami tahu, kami datang dari darah pejuang Indonesia," ujarnya.
Â