Sukses

Cerita FX Supardjo Saat Dipilih Jadi Cawawali Jalur Independen di Pilkada Solo

Kepada Solopos.com, Supardjo mengaku menjadi cawawali di Pilkada Solo karena mandat organisasi yang ia ikuti, yakni Panji-Panji Hati atau Tikus Pithi Hanata Baris.

Jakarta Bersama pasangannya Bagyo Wahyono, calon wali kota Solo, FX Supardjo kini tengah menjadi perbincangan masyarakat lantaran lolos sebagai cawali-cawawali dari jalur perseorangan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020. 

Namun, belum banyak yang mengetahui seperti apa kiprah Supardjo yang saat ini tercatat sebagai Ketua RW 007 Pajang, Laweyan.

Kepada Solopos.com, Supardjo mengaku menjadi cawawali Solo dari jalur independen karena mandat organisasi yang ia ikuti, yakni Panji-Panji Hati atau Tikus Pithi Hanata Baris.

"Terus terang saya dari awal tidak terbayangkan dicalonkan atau dimandatkan. Karena saya mengikuti istilahnya dimandatkan oleh organisasi atau yayasan sebagai cawawali," ujar laki-laki kelahiran Sleman, 10 April 1961 tersebut.

Namun, Supardjo mengaku dirinya telah berkomitmen dengan mandat tersebut dengan menjalani setiap tahapan Pilkada yang harus dilalui bersama rekannya, Bagyo. 

Selain itu, dia menginginkan adanya perubahan kepemimpinan Kota Solo yang selama ini selalu dari kader partai politik (parpol). 

"Bagaimana kalau ada calon dari jalur perseorangan yang benar-benar dari masyarakat biasa? Artinya yang bukan tokoh, bukan kader partai politik. Saya siap mengabdi untuk melayani semua lapisan masyarakat Solo," urainya.

Untuk masyarakat Solo, cawawali dari jalur independen ini mengaku ingin seluruh masyarakat Kota Bengawan dapat tercukupi sandang, pangan, dan papannya.

"Saya ingin melayani masyarakat Solo. Karena selama ini saya aktivis gereja yang mendapat tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Saya adalah asisten imam Gereja Santo Paulus Kelurahan Kleco, Laweyan," jelas Supardjo. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Asisten Imam Gereja

Terhitung sejak 2013, Supardjo menyandang status asisten imam dan aktif dalam berbagai kegiatan pelayanan masyarakat. Seperti membantu proses pemakaman saat ada warga yang meninggal dunia.

"Saat ada pemakaman saya memimpin prosesi pemakaman, termasuk kalau ada acara midodareni saya yang memimpin. Juga saat ada peringatan-peringatan arwah dari tujuh hari sampai 1.000 hari, yang memimpin ya asisten imam," paparnya.

Dia pun cukup terlibat aktif dalam organisasi kemasyarakatan yang telah dimulai dari tingkat rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) sejak 1999. 

Calon wali kota Solo yang kini bekerja pada Lembaga Pelatihan Kerja Inlastek Welding Istitute itu mengaku senang bisa membantu warga.

"Kaitannya pendidikan saya ingin masyarakat Solo terutama yang masih muda ada peningkatan SDM. Karena ini yang jadi tolok ukur kemajuan masyarakat. Selain itu adab-adab ketimuran yang selama ini seolah luntur," urainya.

 

Simak berita Solopos.com lainnya di sini.Â