Sukses

Kampanye Daring, Gibran Dapat Keluhan Warga yang Tak Bisa Ambil Ijazah

Calon Wali Kota Solo nomor urut 01, Gibran Rakabuming Raka (33) diminta lebih memperhatikan warga kurang mampu dan kaum difabel, jika terpilih sebagai wali kota nanti.

Liputan6.com, Jakarta Calon Wali Kota Solo nomor urut 01, Gibran Rakabuming Raka (33) diminta lebih memperhatikan warga kurang mampu dan kaum difabel, jika terpilih sebagai wali kota nanti. Permintaan disampaikan perwakilan warga saat melakukan kampanye virtual di RT 2/RW 3, Serengan, Jumat (16/10/2020).

"Kalau nanti Mas Gibran nanti jadi Wali Kota, Solo harus lebih berkembang, lebih maju lagi. Harus ada pengentasan orang-orang yang gak punya dan orang-orang difabel lebih diperhatikan," ujar Kusdiyarsih salah satu warga.

"Saya ada permohonan, ijazah anak saya belum keluar, sudah 3 tahun lulus, tidak ada uang untuk ambil, jadi belum bisa lamar kerja sampai sekarang, ini hanya jualan kecil-kecilan biasa," sambung Kusdiyarsih.

Mendengar hal tersebut, Gibran pun langsung mengiyakan dan mencatat keinginan warga.

“Saya minta data nama siswa dan sekolah biar bisa segera ditindak lanjuti,” katanya.

Warga lain, Wahyu yang juga seorang dokter itu menginformasikan, jika wilayah perkampungannya pernah berprestasi sebagai kampung yang unggul dalam pemeliharaan dan pelestarian tanaman empon-empon.

"Pernah jadi juara 1 di Kota Solo dan maju ke tingkat nasional. Kami bawa pulang juara harapan, hanya saja lahannya terbatas di sini. Semoga nanti ada pendampingan untuk lebih mengembangkan," katanya.

Hal senada disampaikan Kelompok Tani Tanaman Hias. Kelompok tersebut mengaku sudah melaksanakan hasil penelitian terkait pemanfaatan tanaman hijau di lahan sempit perkotaan namun belum bisa berjalan baik.

Kelompok tersebut juga menyampaikan bahwa di Solo ada program pembagian pupuk kompos serta bantuan untuk mengembangkan tanaman empon-empon.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Keluhan Guru Honorer

Gibran pun menjadikan hal tersebut sebagai catatan khusus dan mengapresiasi potensi dari Kampung Serengan.

"Pasti kami dukung, Pak. Karena komitmen kami, setiap kampung yang disinggahi adalah destinasi wisata," kata pria lulusan MDIS Singapore itu.

Keluhan lain datang dari seorang guru tari honorer yang selama pandemi tidak memiliki pemasukan namun tetap mengajar secara daring dan home visit. Gibran pun meminta tim untuk mencatat data nama dan tempat dimana guru tersebut mengajar.

Reporter : Arie Sunaryo

Sumber: Merdeka