Sukses

Perbedaan Cara Eri-Armuji dan Machfud-Mujiaman Atasi Ancaman Radikalisme di Surabaya

Pasangan Eri Cahyadi-Armudji dan Machfud Arifin-Mujiaman menyampaikan pendapatnya mengenai paham radikalisme pada debat publik ketiga Pilkada Surabaya 2020.

Liputan6.com, Jakarta Pasangan calon wali dan wakil wali kota Surabaya, nomor urut satu, Eri Cahyadi-Armudji (ERJI) dan nomor urut dua, Machfud Arifin-Mujiaman (MAJU) menyampaikan pendapatnya mengenai paham radikalisme pada debat publik ketiga Pilkada Surabaya 2020, Sabtu (5/12/2020) malam.

"Kita akan melakukan kerjasama dengan pesantren, ormas keagamaan moderat, dewan masjid, asosiasi tokoh agama atau mubalig serta para unsur pendidik mulai dari SD sampai perguruan tinggi," kata Eri.

Mantan Kepala Bappeko Surabaya itu juga akan menyisir rumah-rumah ibadah, perkantoran, dan aktivitas kelompok untuk memastikan bahwa tempat itu terbebas dari gerakan radikalisme.

"Kami juga harus membersihkan rumah ibadah, kantor-kantor pemerintahan dan aktivitas kelompok-kelompok dari kelompok radikal," ujarnya.

Eri juga akan membuat suatu wadah atau forum yang berisi tokoh agama, tokoh masyarkat, serta pemuda keagamaan, untuk bersama-sama memerangi gerakan radikalisme di Kota Surabaya.

"Kami pastkan tidak ada lagi mayoritas dan minoritas di Surabaya, kita harus menjaga betul saudara-saudara kita, bagaimana mereka merasa nyaman, tentram di Kota Surabaya, jangan sampai kejadian Bom terulang lagi di Surabaya," ucapnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Akan Dibina

Sementara itu, Machfud Arifin mengaku bahwa dirinya berpengalaman dalam mengatasi persoalan radikalisme, lantaran memiliki latar belakang sebagai mantan perwira tinggi Polri. "Saya berlatar belakang dari kepolisian, jadi ini sangat berpengalaman," katan Mantan Kapolda Jatim ini.

Ia berjanji akan melakukan pembinaan kepada warga yang terpapar radikalisme agar tak sampai pada tingkatan terorisme. Caranya yakni dengan melakukan pendampingan deradikalisasi seperti halnya yang dilakukan Polri.

"Kita lihat kasus Bom Bali, banyak [pelaku] warga dari daerah Lamongan, sekarang sudah sangat berubah. Banyak yang dibina berhasil oleh Densus 88 oleh Mabes Polri dengan baik, dibangunkan masjid, diberikan pelatihan sehingga dia dapat bekerja dengan normal," ucapnya.

Menurutnya, pembinaan anak-anak mulai dari usia dini sampai ke jenjang yang lebih tinggi, terhadap toleransi antar agama, kelompok, suku dan golongan menjadi satu hal yang penting pula. "Perbedaan bukan jadi suatu permasalahan tapi kekuatan," ucanpnya.