Liputan6.com, Jakarta - Survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan tingkat partisipasi warga dalam pilkada di era pandemi Covid-19 lebih tinggi dari yang diperkirakan. Sekitar 76 persen warga yang tinggal di daerah pilkada ikut memilih pada 9 Desember 2020. Partisipasi ini lebih tinggi dari pilkada tanpa pandemi 5 tahun lalu (69 persen).
Temuan ini disampaikan Manajer Program SMRC, Saidiman Ahmad, dalam acara presentasi daring hasil survei nasional SMRC bertajuk "Evaluasi Publik Nasional terhadap Pelaksanaan Pilkada Serentak 9 Desember 2020" di Jakarta, 17 Desember 2020. Survei nasional dilakukan dengan metode wawancara per telepon terhadap 1200 responden yang dipilih secara acak (random) pada 9-12 Desember 2020. Margin of error survei diperkirakan +/-2.9 persen.
Baca Juga
Menurut Saidiman, partisipasi yang tinggi dalam pilkada ini konsisten dengan hasil survei sebelumnya yang menunjukkan bahwa publik tetap ingin punya kepala daerah yang mereka pilih secara langsung meski ada Covid-19.
Advertisement
Dalam survei nasional SMRC pada 18-21 November lalu, terungkap bahwa 77 persen warga merasa khawatir tertular atau menularkan Covid 19 jika pilkada serentak tetap dilaksanakan pada 9 Desember. Namun survei nasional tersebut juga menunjukkan bahwa jauh lebih banyak warga (64 persen) yang menginginkan pilkada tetap dilaksanakan agar kepala daerah memiliki mandat dari rakyat daripada yang berharap pilkada ditunda sampai wabah Covid-19 terkendali (28 persen).
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Faktor Lain
Menurut Saidiman, survei terbaru ini meneguhkan kesimpulan bahwa mayoritas warga menganggap memilih pemimpin yang memperoleh mandat dari rakyat menjadi prioritas, meskipun tetap ada kekhawatiran tentang Covid.
“Survei terbaru ini menunjukkan, di kalangan mereka yang tidak memilih, sekitar 24 persen menyatakan tidak memilih karena takut tertular atau menularkan virus Corona,” ujar Saidiman.
“Jadi bisa diperkirakan, bila tidak ada ancaman Corona, tingkat partisipasi akan lebih besar lagi," sambungnya.
Survei SMRC ini juga menunjukkan bahwa di antara yang tidak memilih, sekitar 47 persen (11 persen dari populasi pemilih) beralasan sedang di luar kota.
Saidiman menyatakan bahwa ada sejumlah faktor lain yang menyebabkan tingginya tingkat partisipasi warga. “Pertama, mayoritas warga yakin bahwa protokol kesehatan dapat ditegakkan dalam Pilkada,” kata Saidiman.
Dan kedua, mayoritas warga menilai pilkada berlangsung dengan jurdil sehingga suara mereka bermakna.
Advertisement