Liputan6.com, Jakarta - Menuju Indonesia Emas atau tahun 2045, dibutuhkan fondasi kuat berupa manusia yang berkarakter dan berbudaya sehingga mampu membawa bangsa Indonesia bersaing di tataran global yang semakin cepat namun berpotensi meniadakan peran manusia seiring kemajuan teknologi.
"Soal karakter manusia ini hal yang selalu dikatakan Presiden Soekarno sejak Republik ini berdiri. Sosok Menko Muhadjir Effendy masuk ke dalam kriteria tersebut. Dia punya latar keilmuan ditunjang pengalaman di birokrasi,” tutur Dr. Algooth Putranto, Kepala Center for Entrepreneurship, Tourism, Information and Strategy (Centris) Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (1/6/2023).
Baca Juga
Menurut Algooth, jejak Muhadjir Effendy sudah sangat lengkap. Sejak di masa kuliah, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) itu bukan tipikal mahasiswa yang sekadar belajar lalu pulang.
Advertisement
"Pak Muhadjir Effendy itu sejak kuliah di IAIN Malang sampai tamat Sarjana Muda sudah aktif di kegiatan ekstra kampus yang berani melawan upaya pembungkaman oleh Orde Baru, jadi kalau bicara karakter, secara pribadi dia sudah tertempa," tuturnya.
Ini berlanjut hingga Muhadjir Effendy kemudian kuliah hingga tamat bahkan memimpin IKIP Negeri Malang [sekarang Universitas Muhammadiyah Malang] sebagai rektor tiga kali berturut-turut sejak tahun 2000.
Karier rektornya berakhir karena diminta Presiden Jokowi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menggantikan Anies Baswedan. Setelah itu bisa dikatakan Muhadjir Effendy mewarnai kebijakan pendidikan dan karakter di Indonesia.
Algooth mengatakan hal yang tidak bisa diabaikan adalah pengalaman beragam Muhadjir Effendy di birokrasi pemerintahan selama ini.
"Lihat saja jabatan sejumlah Menteri yang dipercayakan Jokowi kepadanya. Mulai dari Mendikbud, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan dan Olahraga hingga Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan," ujarnya.
Pengalaman dan Pengetahuan
Menurut Algooth, dengan pengalaman tersebut Muhadjir Effendy ketika dipercaya sebagai Wakil Presiden akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sangat mendalam bagi Presiden yang berkuasa.
Algooth juga mengatakan aktivitasnya bersama Pimpinan Pusat Muhammadiyah bisa menjadi faktor penting bagi calon presiden mendatang.
"Artinya secara keilmuan, pengalaman birokrasi serta kedekatannya dengan kelompok Islam menjadikannya semacam istilah buy one get all," katanya.
Advertisement