Liputan6.com, Jakarta Hasil survei capres 2024 Indikator Politik menyebutkan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengalami peningkatan usai mendapat endorsement (dukungan) dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan cukup jarang terlihat pola elektabilitas capres yang menurun kemudian tiba-tiba meningkat.
Baca Juga
"Terus terang kita agak jarang mendapatkan pola elektabilitas yang menurun tiba-tiba meningkat. Ini kan elektabilitas Pak Prabowo setahun terakhir cenderung turun, kemudian tiba-tiba meningkat dalam beberapa bulan terakhir," kata Burhanuddin saat memaparkan hasil survei terbaru Indikator Politik secara virtual dengan tema 'Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru', Minggu (26/3/2023).
Advertisement
Burhanuddin menyebut Jokowi sudah menyampaikan dukungan ke Prabowo sejak November tahun lalu. Bahkan dukungan untuk Prabowo disampaikan Jokowi secara terang-terangan.
"Jadi kita coba cek, ada tidak efek Jokowi. Yang sebelah kiri adalah gambaran Jokowi endorsement kepada Prabowo. Pak Jokowi kan semenjak bulan November berkali-kali mengatakan kode bahkan kodenya terlalu terang benderang menyebut 2024 jatahnya Pak Prabowo, nenteng Pak Prabowo ke sana ke mari," ujar Burhanuddin.
Lebih lanjut Burhanuddin memaparkan, pemilih Jokowi di 2019 yang akan memilih Prabowo cenderung akan habis apabila tanpa endorsement. Namun, hasilnya akan berbeda saat Jokowi memberikan dukungan ke Prabowo.
"Kalau tidak ada endorsement Pak Jokowi, pemilih Pak Jokowi yang memilih Pak Prabowo tinggal menunggu waktu untuk habis. Ini trennya," ucap Burhanuddin.
"Kemudian ada endorsement Jokowi, mengalami kenaikan. Nah, kalau kita bandingkan dengan tren yang belum ada endorsement dengan ada endorsement, itu kenaikannya kurang lebih 2 persen," Burhanuddin menambahkan.
Berdasarkan data temuannya itu, Burhanuddin menyimpulkan tren dukungan terhadap Menteri Pertahanan Prabowo terlihat terus meningkat. Dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo stagnan, sedangkan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies terus menurun.
"Prabowo dukungannya cenderung meningkat, Ganjar relatif stagnan dan Anies terlihat ada pola penurunan, hingga simulasi head to head dua calon," kata Burhanuddin.
Berikut simulasi tiga nama bakal capres yakni, Ganjar Pranowo tercatat 36,8 persen, Prabowo Subianto 27,0 persen, dan Anies Baswedan mendapatkan 26,8 persen.
Survei terbaru Indikator Politik dilakukan selama periode Februari dan Maret 2023. Adapun selama Februari melibatkan 1.200 responden dengan margin of error +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sementara di bulan Maret melibatkan 800 orang responden dengan margin of error +/- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Responden diwawancarai dengan metode tatap muka.
Ganjar Teratas, Prabowo Terus Meroket, Anies Melemah
Burhanudin kemudian menjelaskan tren elektabilitas ketiga sosok tersebut. Ganjar meskipun berada di posisi teratas, dalam beberapa bulan terakhir tidak ada peningkatan. Justru perolehan suara Ganjar cenderung stagnan.
Sedangkan Prabowo Subianto yang diprediksi akan terlempar jauh dari posisi top three, malah meroket tajam pada beberapa bulan ini.
"Ganjar meski di tingkat pertama tidak terlalu besar, bahkan dalam beberapa bulan mengalami stuck. Prabowo dianggap tinggal menunggu waktu untuk terlempar dalam persaingan, ternyata kompetitif lagi beberapa bulan," ungkap Burhanuddin.
Anies Baswedan yang sempat mendapat momentum, kini melemah usai memperoleh tiket pencapresan pada Pilpres 2024. Padahal, Anies sudah mendapat dukungan tambahan dari Partai Demokrat dan PKS.
"Mas Anies yang sempat mendapatkan momentum setelah dicapreskan oleh NasDem bahkan mendapat dukungan dari Demokrat dan PKS, malah melemah," ujar Burhanuddin.
Burhanuddin memprediksi, dinamika elektabilitas di antara ketiga kandidat tersebut akan terus berlangsung sampai waktu pendaftaran capres di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Suasana ketidakpastian ini yang akan terus kita dapatkan sampai bulan September pas masa pendaftaran," kata Burhanuddin.
Selain itu, Burhanuddin menyebut tiga nama tersebut sulit digeser oleh kandidat lainnya. "Top 3 sulit digeser, karena mereka punya kedikenalan besar dan punya basis geografis besar," kata Burhanuddin.
Reporter: Alma Fikhasari
Sumber: Merdeka.com
Advertisement