Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Politik Universitas Indonesia Ade Reza Hariyadi menyatakan, mengusung Menteri BUMN Erick Thohir sebagai calon wakil presiden (cawapres) dinilai dapat memberikan dampak elektoral besar terhadap partai politik (parpol). Sebab, Erick Thohir cawapres dengan tingkat elektabilitas konsistem teratas.
"Partai pendukung Pak Erick Thohir juga tentu memiliki peluang besar menerima efek ekor jas atau cottail effect karena punya figur yang diusung," ujar Ade, Sabtu (7/4/2023).
Baca Juga
Menurut dia imbas positif elektoral yang didapat parpol hadir dari masyarakat pendukung Erick Thohir. Sehingga suara yang diberikan masyarakat tidak hanya berdampak pada Erick Thohir seorang tapi juga parpol pengusung.
Advertisement
Kondisi demikian, tutur dia, turut diperkuat dengan capaian elektabilitas tinggi Erick Thohir dalam sejumlah hasil survei kamdidat Nama Erick Thohir konsisten berada didaftar puncak teratas.
Merujuk dari temuan survei Poltracking Indonesia periode 5-19 April 2023, Erick Thohir mendapatkan kenaikan elektabilitas signifikan, bahkan tertinggi mengungguli figur lain dengan capaian sebesar 17,1 persen.
Oleh karena itu, dia menyebut, Erick Thohir cocok berpasangan dengan figur calon presiden (capres) berlatar belakang kader partai politik (parpol). Hal itu melengkapi Erick Thohir yang berasal dari kalangan profesional.
"Tentu akan bisa saling mengisi jika nanti kelak dipasangakan dengan figur capres yang berasal dari partai. Sementara beliau (Erick Thohir) dari kalangan profesional," jelas Ade.
Akan Sejalan dengan Presiden Jokowi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku akan sejalan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika ditanya soal peluangnya menjadi calon wakil presiden untuk Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo.
"Saya rasa saya tegak lurus dengan Bapak Presiden," kata Erick Thohir ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Sabtu, (6/5/2023).
Erick menilai dukungan tersebut sebagai apresiasi dari masyarakat. Namun, dia menyatakan akan fokus kepada pembuktian hasil kerja terlebih dahulu dan tidak akan terlena dengan pola pikir pencitraan.
"Tetapi saya sudah sampaikan, kan, kembali kita harus bukti kerja dulu. Jangan kita terjebak pola pikir pencitraan, tetapi tidak ada manfaatnya buat masyarakat," kata Erick seperti dikutip dari Antara.
Advertisement