Liputan6.com, Jakarta - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali merilis hasil surveinya terkait Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.
Salah satu hasilnya adalah sebanyak 33 persen publik menginginkan presiden baru mengubah program Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca Juga
"Sementara mayoritas publik yakni 57 persen ingin presiden baru, bisa melanjutkan program yang telah dijalankan Pemerintahan Jokowi, sedangkan 10 persen sisanya belum menjawab," ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam keterangannya, Selasa 9 Mei 2023.
Advertisement
Deni menjelaskan, sikap pemilih kritis ini konsisten dalam 2 kali survei (April 2023 dan Mei 2023). Yang menginginkan capres yang melanjutkan kebijakan Presiden Jokowi sebesar 57-59 persen, lebih banyak dibanding capres yang akan mengubah program Presiden Jokowi (33 persen).
Menurut Deni, aspirasi terhadap capres 2024 "keberlanjutan" dan "perubahan" ini berhubungan dengan evaluasi pemilih terhadap kinerja Jokowi sebagai presiden.
"Dari 78,8 persen yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi, 64 persen di antaranya menginginkan capres yang bisa melanjutkan program Jokowi. Sebaliknya, dari 18,1 persen yang tidak puas dengan kinerja pemerintah, 61 persen di antaranya menginginkan capres yang akan mengubah program pemerintah," kata Deni.
Lalu, Deni menyebut, pihaknya menemukan perbedaan mendasar antara bakal calon presiden (capres) PDIP Ganjar Pranowo dengan bakal capres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan.
Ganjar Pranowo dinilai sebagai sosok capres yang dapat melanjutkan kebijakan Presiden Jokowi. Sebanyak 58 persen responden menilai Ganjar sebagai sosok capres yang bisa melanjutkan program Jokowi.
Adapun survei dilakukan 2-5 Mei 2023, melalui metode random digit dialing (RDD). Dengan teknik RDD sampel 925 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Margin of error survei diperkirakan ±3.3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Berikut sederet hasil survei terkini terkait Pilpres 2024 yang dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dihimpun Liputan6.com:
Â
1. Mayoritas Publik Ingin Presiden Baru Lanjutkan Program Jokowi
Survei terbaru dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan, 33 persen publik menginginkan presiden baru mengubah program Presiden Jokowi.
Sementara mayoritas publik yakni 57 persen ingin presiden baru, bisa melanjutkan program yang telah dijalankan Pemerintahan Jokowi, sedangkan 10 persen sisanya belum menjawab.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menjelaskan bahwa sikap pemilih kritis ini konsisten dalam 2 kali survei (April 2023 dan Mei 2023).
Yang menginginkan capres yang melanjutkan kebijakan Presiden Jokowi sebesar 57-59 persen, lebih banyak dibanding capres yang akan mengubah program Presiden Jokowi (33 persen).
Deni menjelaskan, aspirasi terhadap capres "keberlanjutan" dan "perubahan" ini berhubungan dengan evaluasi pemilih terhadap kinerja Jokowi sebagai presiden.
"Dari 78,8 persen yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi, 64 persen di antaranya menginginkan capres yang bisa melanjutkan program Jokowi. Sebaliknya, dari 18,1 persen yang tidak puas dengan kinerja pemerintah, 61 persen di antaranya menginginkan capres yang akan mengubah program pemerintah," kata Deni dalam keterangannya, Selasa 9 Mei 2023.
Karena itu, Deni menyimpulkan bahwa kinerja pemerintah saat ini akan memiliki pengaruh pada elektabilitas para bakal calon presiden. Warga yang puas dengan kinerja Jokowi lebih menginginkan capres yang akan melanjutkan kebijakan presiden Jokowi.
Sebaliknya warga yang tidak puas lebih menginginkan capres yang akan mengubah kebijakan presiden Jokowi.
"Jika kinerja pemerintah Jokowi ke depan dinilai semakin positif, maka capres pengusung tema 'keberlanjutan' akan mendapat dukungan lebih besar. Sebaliknya, jika kinerja presiden merosot, maka capres pengusung tema 'perubahan' akan mendapat keuntungan," ucap Deni.
Deni menjelaskan bahwa pemilih kritis adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau cellphone sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik.
"Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80 persen," papar Deni.
Â
Advertisement
2. Ganjar Capres yang Akan Lanjutkan Kebijakan Jokowi, Anies Bakal Mengubah
SMRC menemukan perbedaan mendasar antara bakal calon presiden (capres) PDIP Ganjar Pranowo dengan bakal capres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan.
Ganjar Pranowo dinilai sebagai sosok capres yang dapat melanjutkan kebijakan Presiden Joko Widodo. Sebanyak 58 persen responden menilai Ganjar sebagai sosok capres yang bisa melanjutkan program Jokowi.
"Di antara tiga nama, Ganjar Pranowo itu paling banyak dinilai sebagai capres yang akan melanjutkan, yang bisa melanjutkan program Jokowi," ujar Deni.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di nomor dua sebagai capres yang dinilai bisa melanjutkan program Jokowi. Ada 36 persen yang memilih Prabowo.
Anies Baswedan ada di urutan ketiga dengan angka 27 persen sebagai calon presiden yang akan melanjutkan program Jokowi. Bahkan Anies Baswedan dianggap calon presiden nomor satu yang akan mengubah kebijakan Jokowi. Angkanya mencapai 47 persen.
"Mereka yang mempersepsikan capres akan mengubah kebijakan Jokowi paling banyak dialamatkan ke Anies Baswedan," kata Deni.
Â
3. Prabowo Subianto Capres yang Akan Melanjutkan dan Mengubah Kebijakan Jokowi
Prabowo berada di urutan kedua dengan angka 39 persen sebagai calon presiden yang akan mengubah kebijakan Jokowi.
Sedangkan Ganjar di paling buncit dengan angka 22 persen sebagai calon presiden yang akan mengubah kebijakan Jokowi.
Menariknya, dalam survei SMRC ini, posisi Prabowo sebagai calon presiden yang akan melanjutkan dan akan mengubah kebijakan Jokowi selalu di tengah-tengah.
Prabowo dipersepsikan publik sebagai calon presiden yang berada di antara apakah akan melanjutkan atau mengubah kebijakan Jokowi.
"Pada Prabowo tidak ada perbedaan yang signifikan antara jumlah mereka yang menilai Prabowo akan melanjutkan program pemerintahan Jokowi dengan yang menilai Prabowo akan mengubah. Tidak ada perbedaan signifikan," ucap Deni.
Secara tren, dibandingkan survei sebelumnya pada 25-28 April 2023, tidak banyak berubah. Ganjar konsisten sebagai calon presiden yang dinilai akan melanjutkan kebijakan Jokowi dari 57 persen ke 58 persen. Anies sebagai calon presiden yang akan mengubah kebijakan Jokowi dari 43 persen menjadi 47 persen.
Sementara Prabowo tetap berada di tengah-tengah. Sebagai capres yang akan melanjutkan program Jokowi dari 40 persen menjadi 36 persen, dan sebagai calon presiden yang akan mengubah dari 39 persen tetap 39 persen.
"Hasilnya sangat konsisten tidak ada perubahan berarti penilaian atau persepsi publik tentang positioning tiga tokoh ini," ujar Deni.
Â
Advertisement
4. Capres yang Lanjutkan Program Jokowi Bakal Dapat Insentif Elektoral
Lalu Deni menjelaskan, capres yang dinilai akan melanjutkan pemerintahan Presiden Jokowi akan mendapatkan keuntungan elektoral.
Hal ini dikarenakan tingkat kepuasan publik yang tinggi beriringan dengan kinerja Jokowi. Dalam survei sebelumnya, tingkat kepuasan publik mencapai 78,8 persen.
"Sejauh pemerintah itu dinilai positif apalagi semakin positif maka capres yang membawa narasi keberlanjutan itu akan mendapat insentif elektoral," ujar Deni.
Namun, ketika tingkat kepuasan kinerja Jokowi menurun, yang akan mendapatkan keuntungan elektoral adalah calon presiden yang membawa narasi perubahan.
"Sebaliknya kalau kerja Presiden Jokowi menurun maka capres tema perubahan yang mendapat keuntungan," ujar Deni.
Dalam survei SMRC, mayoritas publik atau 57 persen masyarakat menginginkan calon presiden yang bisa melanjutkan pemerintahan Jokowi. Karena mereka ini adalah yang cenderung puas dengan kerja Jokowi.
"Ternyata ada asosiasi signifikan dimana masyarakat yang puas itu cenderung ingin melanjutkan program," kata Deni.
Tokoh yang mendapatkan keuntungan elektoral itu adalah bakal calon presiden PDIP Ganjar Pranowo. 58 persen responden menyatakan Ganjar sebagai sosok yang bisa melanjutkan program Jokowi.
Karena itu juga elektabilitas Ganjar selalu di atas Anies Baswedan yang mengusung perubahan.
"Itu memang Ganjar unggul dibanding Anies dengan selisih yang signifikan. Saya kira salah sumbernya keinginan capres yang bisa melanjutkan Jokowi yang jauh lebih besar dibanding kepada capres yang akan mengubah kebijakan Jokowi," jelas Deni.