Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei Political Statistics (Polstat) Indonesia merilis hasil survei terbaru mereka tentang calon presiden (capres), sembilan bulan jelang Pemilu 2024. Salah satu temuan menarik dari survei Polstat kali ini adalah bahwa elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres kian melesat. Salah satu faktor penyebabnya adalah kian besarnya arus migrasi pemilih Jokowi untuk mendukung Menteri Pertahanan itu.
Berdasarkan hasil survei Polstat Indonesia, lambat tapi pasti elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres kian melesat dibandingkan para kompetitornya. Dalam berbagai format pertanyaan kepada responden, mulai dari pertanyaan terbuka (top of mind), pertanyaan tertutup simulasi 10 nama, pertanyaan tertutup simulasi tiga nama, maupun pertanyaan secara head to head, Prabowo selalu leading signifikan atas para pesaingnya (khususnya atas Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan).
Baca Juga
Ketika responden diajukan pertanyaan secara terbuka (top of mind) siapa tokoh nasional yang paling layak menggantikan Presiden Jokowi, secara spontan sebanyak 25,2% menyebut nama Prabowo Subianto. Nama Ganjar Pranowo hanya disebut oleh 13,6% responden dan Anies Baswedan dipilih oleh 12,8% responden. Setelah itu muncul nama-nama seperti Ridwan Kamil, Erick Thohir, Agus Harimurty Yudhoyono (AHY), Mahfud MD, Sandiaga Uno, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Moeldoko, dan Muhaimin Iskandar, namun persentasenya tidak signifikan.
Advertisement
Kemudian ketika responden diajukan pertanyaan tertutup siapakah yang akan dipilih dari 10 nama tokoh yang ditawarkan Polstat Indonesia, 33,5% memilih Prabowo Subianto. Setelah itu Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan bersaing ketat di posisi kedua dan ketiga. Ganjar dipilih oleh 19,6% dan Anies didukung oleh 19,4% responden. Di posisi berikutnya adalah Ridwan Kamil dengan elektabilitas 5,4%, Agus Harimurty Yudhoyono (3,6%), Erick Thohir (3,2%), Sandiaga Uno (2,8%), Puan Maharani (2,4%), Airlangga Hartarto (2,2%) dan Muhaimin Iskandar (1,9%), serta undecided (6,2%).
Elektabilitas Prabowo semakin menguat ketika Polstat Indonesia membuat simulasi Pilpres hanya diikuti tiga nama saja. Tatkala kepada responden diajukan pertanyaan, siapakah yang akan dipilih jika saat ini dilaksanakan Pilpres dan hanya diikuti oleh Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, sebanyak 39,2% responden mengaku memilih Prabowo, kemudian 27,1% memilih Ganjar dan 26,9% memilih Anies. Sementara 6,8% responden menyatakan belum punya pilihan (undecided).
Terakhir, ketika Polstat Indonesia membuat simulasi head to head, semakin terlihat dominasi Prabowo Subianto atas dua kompetitor utamanya (Ganjar dan Anies). Saat kepada responden diajukan pertanyaan siapakah yang akan dipilih apabila Pilpres dilaksanakan saat ini dan hanya diikuti oleh Prabowo dan Ganjar, sebanyak 52,3% menjatuhkan pilihannya pada Prabowo, lalu 35,8% memilih Ganjar dan sisanya (11,9%) mengaku belum punya pilihan.
Prabowo Subianto juga leading jauh atas Anies Baswedan dalam simulasi secara head to head. Ketika Polstat Indonesia mengajukan pertanyaan kepada responden, siapa yang akan dipilih jika Pilpres dilaksanakan saat ini dan hanya diikuti oleh Prabowo dan Anies, sebanyak 54,6% mengaku akan memilih Prabowo dan hanya 34,5% yang memilih Anies. Sementara 10,9% responden mengaku belum punya pilihan (undecided).
"Ada lima faktor penyebab elektabilitas Prabowo melesat. Pertama, dalam tiga bulan terakhir terjadi migrasi dukungan yang cukup signifikan dari relawan dan simpatisan Jokowi di akar rumput. Mereka yang semula akan mendukung Ganjar Pranowo ternyata pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada Prabowo. Kedua, efek dari pertemuan Prabowo dengan sejumlah tokoh nasional. Kebanyakan tokoh-tokoh itu pada Pilpres 2014 dan 2019 adalah pendukung Jokowi, namun kini mereka secara terbuka mendukung Prabowo menghadapi kontestasi Pilpres 2024 nanti," kata Peneliti Senior Polstat, Apna Permana.
"Ketiga, publik nampaknya mulai menyadari bahwa untuk melanjutkan kerja besar Jokowi Indonesia harus dipimpin oleh seorang negarawan yang kuat, berani, visioner dan teruji leadership-nya, bukan seorang tokoh populer yang semata-mata dibesarkan oleh media sosial. Keempat, Prabowo nampaknya dinilai publik sebagai sosok negarawan yang mengutamakan persatuan bangsa dan kepentingan nasional, serta cenderung menghindari konflik dengan para kompetitornya. Kelima, berdasarkan analisis media monitoring terlihat bahwa sentimen positif terhadap Prabowo kian menguat sementara sentimen negatifnya terus menurun dari waktu ke waktu. Ini menegaskan bahwa Prabowo semakin diterima oleh publik luas," ia menambahkan.
Nama Kejutan Muncul dalam Bursa Cawapres
Mengenai bursa calon wakil, presiden (cawapres), terdapat beberapa nama kejutan yang muncul dari survei Polstat Indonesia kali ini. Menteri BUMN Erick Thohir dinilai oleh 18,5% publik sebagai tokoh yang paling tepat menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Namun fenomena yang mengejutkan adalah munculnya nama Gibran Rakabuming Raka, dimana sebanyak 13,7% responden menilai Walikota Solo itu layak menjadi cawapres pendamping Prabowo. Kemudian nama Muhaimin Iskandar yang biasanya terperosok di posisi terbawah bursa cawapres, kini melesat ke posisi keempat cawapres pendamping Prabowo dengan elektabilitas 10,3%.
"Untuk cawapres pendamping Ganjar Pranowo, survei Polstat Indonesia menunjukkan bahwa Sandiaga Uno dinilai oleh 19,4% publik paling layak menjadi cawapres pendamping Ganjar. Namun yang mengejutkan adalah munculnya nama Budi Gunawan (BG) dalam bursa cawapres Ganjar,"Â Peneliti Senior Polstat, Apna Permana.
Kepala BIN itu dinilai oleh 7,5% publik layak menjadi cawapres pendamping Ganjar. Meskipun masih kalah dari elektabilitas Sandiaga, Ridwan Kamil, Puan Maharani, Erick dan Khofifah, namun peluang BG menjadi cawapres Ganjar cukup terbuka, mengingat cawapres dalam era Pilpres langsung sejak 2024 sosok yang terpilih menjadi cawapres selalu tokoh yang tidak memimpin di bursa survei. BG adalah sosok yang sangat dekat dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati. Ini adalah modal kuat BG untuk bersaing di bursa cawapres Ganjar Pranowo.
Untuk bursa cawapres pendamping Anies Baswedan, tidak ada nama tokoh yang mengejutkan dalam survei Polstat Indonesia kali ini. Agus Harimurty Yudhoyono (AHY) masih dinilai publik sebagai sosok yang paling tepat menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan.
Advertisement
Konstituen PDI Perjuangan Terbelah
Salah satu temuan menarik lainnya dalam survei Polstat Indonesia kali ini adalah fenomena migrasi pendukung Jokowi dan pemilih PDI Perjuangan. Pendukung Jokowi yang pada awalnya memilih Ganjar, kali ini banyak yang bermigrasi memilih Prabowo Subianto. Total sebanyak 43,5% pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 mengaku akan memilih Prabowo jika Pilpres dilaksanakan saat ini dan hanya diikuti oleh tiga capres. Hanya 34,2% pendukung, relawan dan simpatisan Jokowi yang menyatakan akan memilih Ganjar.
Selain fenomena migrasi simpatisan Jokowi, survei Polstat Indonesia juga menemukan fakta menarik bahwa banyak pemilih PDI Perjuangan menjatuhkan pilihan pada Prabowo Subianto kendati Megawati telah mendeklarasi Ganjar Pranowo sebagai capres yang akan diusung PDI perjuangan pada Pilpres 2024 nanti.
"Logikanya setelah megawati mendeklarasikan capres yang akan diusung partainya, mayoritas konstituen PDI Perjuangan akan tegak lurus mendukung Ganjar. Realitasnya, persentase simpatisan PDI Perjuangan yang memilih Prabowo cukup signifikan," kata Peneliti Senior Polstat, Apna Permana.
Ketika Polstat Indonesia membuat analisis cross-tabulation antara variabel partai apa yang dipilih responden dengan variabel capres yang dipilih dalam simulasi tiga nama, ternyata sebanyak 34,6% pemilih PDI Perjuangan mengaku akan memilih Prabowo. Kemudian sebanyak 40,2% menyatakan dukungannya pada Ganjar dan 10,3% memilih Anies. Sementara itu masih terdapat 14,9% pemilih PDI Perjuangan yang mengaku belum punya pilihan (undecided).
Rekam jejak, visi misi, pengalaman kepemimpinan hanya menempati 34an% dalam mempengaruhi pilihan. Kondisi tidak ada incumbent pada pilpres 2024 menjadikan rekam jejak, visi misi dan pengalaman kepemimpinan capres tidak menjadi faktor besar dalam mempengaruhi pilihan. Kemampuan capres memecahkan masalah menjadi 55.6% faktor yang mempengaruhi pimpinan.
Tingkat Elektabilitas Capres Simulasi 10 Nama
Tingkat Elektabilitas Capres Simulasi 10 Nama
Prabowo Subianto 33,5%
Ganjar Pranowo 19,6%
Anies Baswedan 19,4%
Ridwan Kamil 5,4%
Agus Harimurty Yudhoyono 3,5%
Erick Thohir 3,2%
Sandiaga Uno 2,8%
Puan Maharani 2,4%
Airlangga Hartarto 2,2%
Muhaimin Iskandar 1,9%
Undecided 6,1
Â
Tingkat Elektabilitas Capres Simulasi 3 Nama
Prabowo Subianto 39,2%
Ganjar Pranowo 27,1%
Anies Baswedan 26,9%
Undecided 6,8%
Â
Advertisement
Metode Survei
Survei Polstat Indonesia dilakukan pada tanggal 1 s/d 10 Mei 2023 di seluruh wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi. Populasi survei ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang minimal sudah berusia 17 tahun dan memiliki E-KTP. Jumlah sampel sebesar 1220 responden diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat (multi-state random sampling).
Batas kesalahan (margin of error)+/- 2,8% dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95%. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka langsung dengan responden berpedoman kuesioner. Survei Polstat kali ini dilengkapi dengan analisis media monitoring untuk mengukur perkembangan sentimen publik terhadap para capres setahun jelang Pemilu 2024.