Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (IndoStrategic), Ahmad Khoirul Umam menanggapi hasil survei Litbang Kompas yang menyebutkan elektabilitas bakal calon presiden (Capres) Anies Baswedan masih stagnan di Bawah dua bacapres lain, yaitu Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Menurut Umam, hal itu disebabkan oleh dua faktor. Pertama soal belum jelasnya positioning Anies dalam menarasikan konsep perubahan yang selama ini diusungnya.
Baca Juga
"Belakangan Anies sudah mulai menunjukkan sikap kritisnya, seiring dengan posisi NasDem yang semakin terdesak di pemerintahan. Karena itu, Anies perlu kerja lebih keras dengan menjelaskan poin-poin perubahan apa yang membedakannya dari Capres lain yang mewakili narasi keberlanjutan," kata Umam dalam keterangannya, dikutip Kamis (25/5/2023).
Advertisement
Kedua, Menurut Umam, belum kompetitifnya elektabilitas Anies disebabkan oleh belum adanya keberanian untuk segera mendeklarasikan pasangan Bacawapres yang akan mendampinginya di Pilpres 2024 mendatang.
"Anies tampak menunda-nunda deklarasi, karena menunggu sinyal dari NasDem. Sementara, NasDem tidak kunjung memberikan sinyal deklarasi pasangan Capres-Cawapres, karena menunggu kepastian Golkar untuk bergabung," ucapnya.
Umam menilai, rencana masuknya Golkar ke koalisi perubahan semakin logis, karena Golkar adalah “Ibu Kandung” NasDem, dan pertemuan Golkar-Nasdem akan mempertemukan nama-nama besar seperti JK, Surya Paloh dan Luhut Binsar Pandjaitan.
"Menurut sejumlah informasi spekulatif, masuknya Golkar ke koalisi perubahan akan menunggu kepastian proposalnya sebagai Cawapres Prabowo diterima atau tidak," ujar Umam.
Kendati demikian, Umam melihat ada kendala bagi Golkar untuk bergabung dengan koalisi perubahan, salah satunya Golkar tidak ingin disingkirkan dari koalisi pemerintahan seperti halnya NasDem.
"Golkar juga tak kunjung bergabung karena takut “digebug” oleh kekuasaan, apalagi celah kerentanan hukum figur Airlangga dinilai tergolong tinggi," pungkasnya.
Dorong Anies Lebih Berani
Terlepas dari itu, Dosen Universitas Paramadina ini medorong Anies Baswedan untuk lebih berani menjelaskan konsep perubahan yang dia tawarkan dan juga berani mendeklarasikan pasangannya.
"Secara kewenangan untuk menentukan Cawapres, Anies juga sudah cukup. Anies tidak mungkin diharapkan bisa memimpin gerakan perubahan jika ia masih tidak punya keberanian utk menjelaskan apa konsep perubahan yg ia usung dan masih juga tidak berani menentukan pasangannya meskipun sudah diberi kewenangan oleh koalisi pengusungnya," Umam Menandasi.
Advertisement