Sukses

Ganjar Singgung Tragedi Kudatuli dan Hubungan Harmonis dengan PPP

Bakal calon presiden (bacapres) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo menyinggung Tragedi Kudatuli pada 1996 saat berpidato dalam kegiatan Konsolidasi Akbar Pemenangan Pemilu yang digelar DPD PDIP Jakarta di Hall Basket Senayan, Minggu (4/6/2023).

Liputan6.com, Jakarta Bakal calon presiden (bacapres) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo menyinggung Tragedi Kudatuli pada 1996 saat berpidato dalam kegiatan Konsolidasi Akbar Pemenangan Pemilu yang digelar DPD PDIP Jakarta di Hall Basket Senayan, Minggu (4/6/2023).

Menurut Ganjar Pranowo, masih banyak generasi muda yang belum mengetahui sejarah ini, terutama generasi milenial dan generasi Z.

"Mereka tidak tahu bagaimana berdarahnya PDI Perjuangan mempertahankan nilai demokrasi sampai pada kita diserang pada 27 Juli 1996," ujar Ganjar.

Gubernur Jawa Tengah itu mengingatkan 27 Juli 1996 kejadian di kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro.

"Orang lama akan tahu, itu darah akan diberikan, itu harga diri yang dipegang," ucap Ganjar.

Akibat peristiwa itu, lanjut Ganjar, PDI (sebelum menjadi PDIP) tidak ikut pemilu 1997. Saat itu perolehan suara PDI diberikan ke PPP.

Menurut Ganjar, hal ini juga yang melatarbelakangi hubungan antara PDIP dan PPP harmonis. Terlebih pada pilpres kali ini PPP merupakan partai pertama selain PDIP yang mengusung Ganjar sebagai capres.

Karena itu, Ganjar melaporkan kepada Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sebelum mendatangi lokasi ini, berkunjung ke kantor PPP bersama Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah.

"Betapa senangnya PPP karena partai pertama yang diterima oleh Ibu Ketua Umum. Yang mereka ceritakan adalah pada saat 1997 PDI Perjuangan tidak ikut dalam pemilu, maka suaranya dilimpahkan kepada PPP. Mereka mengucapkan terima kasih," kata Ganjar.

"Apakah demokrasi dan demokratisasi kala itu berjalan dengan baik? Jawabannya tidak. Dan terbukti, usianya hanya satu tahun karena setahun setelah itu geger dan lengserlah Pak Soeharto (reformasi 1998)," sambung Ganjar.

Kesabaran Revolusioner PDIP Berbuah Hasil Manis

Atas semua perjalanan sejarah itu, Ganjar menyampaikan bahwa kesabaran revolusioner PDIP terbukti berbuah hasil, karena kemenangan berpihak pada politik kebenaran.

"Maka pemilu 1999 PDIP untuk pertama kali memenangkan kontestasi dengan suara terbanyak. Saya menyampaikan, inilah kesabaran revolusioner," ucap Ganjar yang mencoba membakar semangat kader PDIP se-DKI Jakarta.

Ganjar pun mengajak generasi muda Milenial dan Generasi Z untuk mewarisi api perjuangan PDIP yang dalam perjalanannya penuh lika liku pengorbanan, dengan darah dan air mata.

"2024 adalah tantangan kita bagaimana menggaet Generasi Milenial yang kelahiran 1981-1996, dan Gen Z kelahiran tahun 1997-2012," kata dia.

 

 

2 dari 2 halaman

Peristiwa Kudatuli

Tragedi 27 Juli 1996 selalu dikenal dengan nama 'Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli alias Kudatuli. Berupa serangan berdarah yang terjadi di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat.

Sabtu pagi kala itu, lima orang meninggal dunia serta ratusan lainnya luka-luka. Kantor yang dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri diambil alih secara paksa oleh massa Soerjadi Soedirdja, Ketua Umum PDI versi Kongres Medan.

Catatan Liputan6.com yang dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (27/7/2021), mengungkapkan penyerbuan itu ditengarai ada keterlibatan aparat TNI-Polri. Peristiwa itu meletupkan kerusuhan yang meluas di beberapa wilayah Jakarta, khususnya kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, dan Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung terbakar.

Pemerintah saat itu menuding aktivis PRD sebagai penggerak kerusuhan. Jajaran Orde Baru kemudian memburu dan menjebloskan para aktivis PRD ke penjara. Budiman Sudjatmiko yang saat itu menjadi aktivis PRD mendapat hukuman terberat, 13 tahun penjara.

Presiden Soeharto dan pembantu militernya diduga merekayasa Kongres PDI di Medan dan mendudukkan kembali Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Upaya pemerintahan Orde Baru menggulingkan Megawati pun dilawan pendukung Megawati lewat gelaran mimbar bebas di kantor DPP PDI Jakarta.

Mimbar bebas yang menghadirkan sejumlah tokoh dan aktivis penentang Orde Baru membangkitkan kesadaran kritis rakyat atas perilaku politik Orde Baru. Sehingga ketika terjadi upaya paksa pengambilalihan, disambut dengan perlawanan.

Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyebutkan, sebanyak lima orang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Selain itu, 149 orang baik dari kalangan sipil maupun aparat menderita luka-luka dan 136 orang ditahan. Komnas HAM juga menyimpulkan telah terjadi sejumlah pelanggaran hak asasi manusia.

Pengadilan Koneksitas yang digelar pada era Presiden Megawati hanya mampu membuktikan seorang buruh bernama Jonathan Marpaung yang terbukti mengerahkan massa dan melempar batu ke kantor PDI. Dia dihukum dua bulan sepuluh hari.

Sementara dua perwira militer yang diadili, mantan Komandan Detasemen Intel Kodam Jaya, Kol CZI Budi Purnama dan mantan Komandan Kompi C Detasemen Intel Kodam Jaya, Letnan Satu (Inf) Suharto divonis bebas. Baca selengkapnya: Tragedi Kudatuli dan Perjuangan PDIP yang Belum Selesai hingga Kini