Liputan6.com, Jakarta - Partai Demokrat menanggapi hasil survei terbaru dari lembaga Indopol Survey and Consulting yang menunjukkan penurunan elektabilitas partai berlambang bintang mercy ini.
Menurut Anggota Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat Anis Fauzan, survei Indopol tidak mencerminkan realitas di lapangan dan tidak mempengaruhi optimisme partai untuk menghadapi Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.
Baca Juga
"Hasil survei Indopol tidak selaras dengan hasil survei lembaga lain seperti Litbang Kompas, Charta Politika, Indo Barometer, dan SMRC, di mana, elektabilitas Partai Demokrat cukup tinggi," ujar Anis melalui keterangan tertulis, Kamis (22/6/2023).
Advertisement
Dia mengatakan, dalam survei Litbang Kompas misalnya, Partai Demokrat berada di posisi ketiga, setelah PDIP dan Gerindra.
"Ini membuat kami bertanya-tanya terkait metodologi yang diapakai dalam survei Indopol. Sehingga ini kami tidak bisa menjadikan ini sebagai acuan. Dan kami juga berharap publik tidak secara mentah-mentah menelan data temuan survei tanpa melakukan komparasi dan penelusuran lebih jauh," ucap dia.
"Karena bisa saja hasil survei tidak sesuai dengan realias yang sebenarnya terjadi," sambung Anis.
Anis menambahkan bahwa Partai Demokrat memiliki data internal yang berbeda dengan hasil survei Indopol. Elektabilitas Partai Demokrat dalam data internal justru meningkat seiring dengan kinerja dan kontribusi partai di berbagai bidang.
"Data internal kami menunjukkan bahwa elektabilitas Partai Demokrat saat ini berada di angka 12 persen, naik dari 10 persen pada Januari 2023. Kami juga mendapat dukungan dan simpati dari berbagai kalangan, termasuk tokoh-tokoh nasional, organisasi kemasyarakatan, dan pemuda-pemudi, khususnya para pendukung mas AHY sebagai Ketum dan symbol tokoh muda Indonesia," papar Anis.
Â
Partai Demokrat Tak Akan Terpengaruh Survei
Anis juga menegaskan bahwa Partai Demokrat tidak terpengaruh oleh hasil survei Indopol. Ia menyatakan bahwa partai yang dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini tetap optimis dan percaya diri untuk meraih suara maksimal pada Pemilu 2024.
"Partai Demokrat tidak gentar dan tidak goyah oleh survei-survei yang tidak obyektif dan tidak kredibel. Kami tetap fokus pada agenda-agenda strategis untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan bangsa. Kami yakin bahwa rakyat akan memilih Partai Demokrat sebagai partai pilihan mereka pada Pemilu 2024," tegas Anis.
Sebelumnya, Lembaga survei Indopol merilis hasil survei nasional terkait Kinerja Pemerintah Joko Widodo- Ma'ruf Amin dan Dinamika Politik Elektoral Menjelang Pemilu 2024.
Dari hasil survei tersebut, untuk simulasi tiga nama capres, elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berada di posisi teratas diangka 31,21 persen.
Â
Advertisement
Hasil Survei Indopol
Direktur Eksekutif Indopol Survey & Consulting Ratno Sulistiyanto menjelaskan, posisi Prabowo menggeser capres PDIP Ganjar Pranowo yang saat ini berada diposisi kedua dengan angka 30,48 persen.
Sementara, Bacapres Koalisi Perubahan untuk Perbaikan Anies Baswedan berada diurutan ketiga dengan perolehan angka 26,53 persen.
"Simulasi tiga nama capres, hasilnya Prabowo di angka 31,21 persen, Ganjar Pranowo selisih hanya 1 persen diangka 30,48 persen dan Anies Baswedan diangka 26,53 persen," ujar Ratno Sulistiyanto, dalam paparannya secara virtual, Selasa 20 Juni 2023.
Selain itu, pada simulasi 13 nama capres, Prabowo Subianto berada di posisi teratas dengan perolehan angka 28,79 persen. Kemudian, Ganjar pranowo diurutan kedua dengan hasil 27,50 persen dan Anies Baswedan diposisi ketiga dengan 23,87 persen.
Di urutan keempat ada Presiden Jokowi dengan angka 4,03 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 2,26 persen. Sementara nama-nama lain seperti Menparekraf Sandiaga Uno hingga Gubernur Jawa Timur Indar Parawansa memperoleh angka dibawah 2 persen.
Lebih lanjut, Ratno menjelaskan, jika nama-nama yang muncul saat ini masih sangat dinamis, terutama antara Prabowo, Ganjar, dan Anies. Sebab, elektabilitas tiga nama tersebut belum ada yang menyentuh angka 40-45 persen.
"Gambaran dari 3 peta masih dinamis, belum ada angka dominan. Apalagi dari 3 figur belum sampai diangka 40 atau 45 persen. Artinya ke depan masih dinamis," imbuh dia.