Liputan6.com, Jakarta Politikus PDIP Masinton Pasaribu menyebut mantan Panglima TNI Andika Perkasa dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berpeluang jadi cawapres Ganjar Pranowo.
“Ya bisa aja, namanya peluang bacawapres nanti kan tentu seperti yang disampaikan Bu Mega kan jelas, PDIP terbuka membahas cawapres dengan elemen lainnya baik parpol maupun di luar parpol,” kata Masinton, saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (27/6/2023).
Baca Juga
Menurut Masinton, nama-nama yang diungkapkan Ketua PDIP Puan Mahrani memiliki peluang yang sama untuk menjadi calon wakil presiden. Seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dan Menteri BUMN Erick Thohir pun berpeluang mendampingi Ganjar Pranowo.
Advertisement
Sebelumnya, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Ahmad Basarah menyebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Menko PMK) Muhadjir Effendy memiliki peluang untuk menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Ganjar Pranowo.
Dalam hal ini, Basarah menilai sosok Muhadjir Effendy mewakili dari unsur Muhammadiyah.
"Tapi kan begini ya, bacawapres dari tokoh-tokoh NU sudah ada beberapa. Saya kira wajar saja kalau kemudian Prof Muhadjir ini juga bisa menjadi kandidat bacawapres yang mewakili tokoh Muhammadiyah," kata Basarah di Masjid At-Taufiq, Jakarta Selatan, Rabu (21/6/2023).
Basarah juga mengatakan, Muhammadiyah salah satu organisasi masyarakat (ormas) Islam yang juga punya andil membangun bangsa Indonesia.
"Kan Muhammadiyah juga ikut berjasa mendirikan bangsa dan negara ini, ya," ujar dia.
Bukan Parpol
Sementara itu, Muhadjir menanggapi dengaj santai. Dia hanya menegaskan, Muhammadiyah bukanlah partai politik.
"Ya tapi yang jelas Muhammadiyah bukan parpol loh ya," ujar dia.
Diketahui, sejumlah nama calon bakal pendamping Ganjar ialah Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menparekraf Sandiaga Uno, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka
Advertisement