Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai sebagai sosok pemimpin yang sudah teruji hadirkan banyak keberhasilan besar. Kompetensi kepemimpinan Prabowo lebih unggul dibanding figur capres lain.
"Dari sisi kepemimpinan, Prabowo dianggap lebih baik dibandingkan Ganjar Pranowo karena memiliki kehandalan sebagai pemimpin dan latar belakang militer serta menjabat Menhan," kata Pengamat Politik Citra Institute, Efriza.
Baca Juga
Dia menuturkan, kepemimpinan Prabowo sangat jauh teruji sebagai capres untuk Pilpres 2024. Situasi itu terbukti dari kesuksesan Prabowo memimpin Kementerian Pertahanan (Menhan) hingga saat ini.
Advertisement
Menurut dia Prabowo sebagai sosok yang sangat tepat menjadi presiden Indonesia selanjutnya. Ia melihat Prabowo menjadi pemimpin yang bisa menjamin terjaganya persatuan dan kesatuan Indonesia.
"Dan juga, karena dianggap sebagai sosok tepat dalam menjamin terjaganya persatuan dan kesatuan di negeri ini," tutur Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Sutomo ini.
Sementara itu, Jurnalis Senior TVRI Effendi Soen membeberkan kecemerlangan kepemimpinan Prabowo semasa menjabat sebagai Komandan Jenderal Korps Pasukan Khusus (Kopassus). Prabowo memiliki peran dalam operasi pembebasan sandera Mapenduma pada tahun 1996.
“Saya melihat Prabowo yang dipatuhi oleh pasukannya. Bebannya luar biasa karena menyangkut dunia international,” ucap Effendi.
Liput Aksi Kopasus Pimpinan Prabowo
Effendi kala itu ikut meliput aksi Kopassus yang dipimpin Prabowo, memahami beban besar dipanggul Prabowo lantaran harus menjaga nyawa keselamatan para prajuritnya. Terutama dalam menghadapi serangan dari Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Sebanyak 26 orang yang berasal dari 10 Tim Ekspedisi Lorentz yang terdiri dari 3 orang periset WWF dan UNESCO, serta 13 penduduk desa yang sedang mengumpulkan data di Mapenduma Papua disandera oleh ratusan anggota OPM pimpinan Daniel Yudas Kogoya.
Selain itu, dia mengaku ikut menyaksikan bagaimana Prabowo memimpin pasukan operasi militer dan mengatur strategi guna membebaskan sandera. Selama penyanderaan para korban digiring berjalan di hutan Papua tanpa mendapatkan asupan makanan sehingga beberapa sandera jatuh sakit.
“Keputusan sekecil apapun harus diperhitungkan karena kita akan membuat keputusan terkait penyergapan itu. Di satu sisi ngeri juga, namun di sisi lain saya bangga karena Indonesia punya kemampuan,” ungkap Effendi.
Advertisement