Sukses

Cara Kapolri Antisipasi Serangan Teroris Ketika Pemilu 2024

Sihir menyebut bahwa ada kelompok yang terafiliasi dengan kelompok teroris menumpang terkait dengan potensi-potensi yang mereka bisa ikut khususnya pada saat terjadi perbedaan pendapat konflik.

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengaku telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi gerakan terorisme pada saat kontestasi Pemilu 2024. Salah satu caranya yakni yang bersifat pencegahan dan mengamankan.

"Khususnya di tahun pemilu terhadap perkembangan teroris tentunya Polri khususnya dalam hal ini Densus 88 tentunya terus melakukan kegiatan mulai yang sifatnya sampai dengan hati yang saat ini kita lebih fokuskan menjadi langkah-langkah yang sifatnya pencegahan dan mengamankan," kata Sigit pasca menghadiri HUT BNPT ke 13 di Djakarta Theater, Jumat (28/7/2023).

Sihir menyebut bahwa ada kelompok yang terafiliasi dengan kelompok teroris menumpang terkait dengan potensi-potensi yang mereka bisa ikut khususnya pada saat terjadi perbedaan pendapat konflik. Salah satunya pada saat isu-isu yang berbau SARA bertebaran di media sosial.

"Strategi tersebut terus kami lanjutkan karena kami juga memahami bahwa ada potensi yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang terafiliasi dengan kelompok teroris untuk menumpang. Kemudian dengan potensi-potensi yang mereka bisa ikut, khususnya pada saat terjadi perbedaan pendapat atau konflik, apalagi kemudian itu menggunakan isu-isu SARA, tentunya kami mengantisipasi," jelas Mantan Kabareskrim itu.

Ia menyebut langkah-langkah itu juga sempat diterapkan pada saat pengamanan acara-acara bertaraf internasional seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 serta KTT ASEAN.

"Kami melakukan ini dalam menghadapi ancaman di beberapa event internasional antara lain KTT G20 dan KTT ASEAN kemarin dan alhamdulillah bahwa di event-event besar tersebut sesuai dengan arahan bapak presiden tidak terjadi letupan sekecil apapun," jelas Sigit.

Lebih lanjut, Sigit menyebut pihaknya akan melakukan pendekatan-pendekatan terhadap mantan napi teroris (Napiter) melalui pembinaan sambil menggandeng pihak-pihal terkait untuk terus melakukan langkah-langkah moderasi beragama.

"Sehingga bahan-bahan (pemicu radikalisme) tersebut bisa kita cegah dan tentunya terhadap yang potensial dan mengarah kepada aksi-aksi yang tentunya akan berdampak membahayakan mengganggu jalannya proses pemilu biar kita melakukan penangkapan," tuturnya.

Hal itu akan terus dilakukan pihaknya sambil bekerja sama dengan TNI dengan mengantisipasi daerah-daerah yang dianggap basis dari kelompok teroris.

Sebelumnya, Kepala BNPT Komjen Rycko Amelza Dahniel, menyebut terdapat penurunan serangan teror yang diikuti dengan penurunan angka Indeks Potensi Radikalisme (IPR) dan Indeks Resiko Terorisme (IRT).

"Serangan teror terus menurun dari 2016-2023 sampai 89%. Indeks potensi radikalisme (IPR) dan indek resiko terorisme (IRT) juga terus menurun dan posisi Indonesia dalam Global Terorism Index (GTI) semakin baik," kata Rycko.

 

2 dari 2 halaman

Waspada Ancaman Terorisme

Pencapaian itu sekaligus mengajak seluruh elemen bangsa untuk waspada dengan ancaman radikalisme dan terorisme yang kini lebih menyasar kepada kelompok rentan yaitu anak, remaja dan perempuan.

"Namum semua ini kondisi yg muncul di atas permukaan. Kita tidak boleh berpuas diri dan lengah. Hasil penelitian IK-Hub Outlook BNPT 2023 menunjukan kelompok rentan: remaja, anak dan perempuan menjadi sasaran utama radikalisasi," jelasnya.

Tantangan dalam menghadapi ancaman terorisme juga muncul dengan adanya fenomena online deradicalization yang melahirkan lonewolf.

"Perkembangan teknologi IT dan masa pandemik Covid 19 mendorong semakin masif online deradicalization yang melahirkan lonewolf," katanya.

 

Reporter: Rahmat Baihaqi/Merdeka.com