Sukses

Maruarar Sirait Puji Erick Thohir Tegas di BUMN, Harus Dipraktekan Juga di PSSI

Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait memuji gaya kepemimpinan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir dalam memimpin organisasinya.

Liputan6.com, Jakarta Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait memuji gaya kepemimpinan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir dalam memimpin organisasinya.

Namun, dia memberi saran, ketegasan yang selama ini dilakukan Erick di BUMN harus dibawa ke ranah PSSI. Hal ini disampaikan pria yang akrab disapa Ara di diskusi daring yang diadakan Lembaga Survei Indonesia (LSI) bertema "Sepak Bola Kita: Antara Masalah dan Prestasi", Minggu (20/8/2023).

"Saya liat Erick di BUMN bagus, dia bisa bongkar itu korupsi-korupsi di BUMN, kenapa di PSSI tidak? Kecuali memang tidak ada korupsi di PSSI," kata dia.

Ara pun menuturkan, banyaknya polemik di PSSI karena bukan soal ada atau tidaknya aturan. Tapi bagaimana menegakan hukumnya.

"Di Indonesia itu masalah kita bukan aturan, masalah kita penegakan hukum, penegakan aturan. Makanya, dibutuhkan orang yang bersih. Enggak mungkin membersihkan dengan sapu yang kotor. Orang yang punya banyak kepentingan pasti enggak bisa tegas," jelas dia.

Karena itu, masih kata Ara, Erick Thohir itu harus didukung oleh tim kuat. "Ericknya harus didukung juga oleh tim yang kuat," jelas dia.

Diketahui, LSI telah melakukan survei yang dilakukan 3-9 Agustus 2023, di mana salah satunya memantau persepakbolaan Indonesia.

Hasilnya, dari seluruh respoden mayoritas puas akan kinerja Ketua Umum PSSI Erick Thohir.

 

2 dari 2 halaman

Survei LSI

Total 88,7% menyatakan puas dengan kinerja Erick. Sedangkan yang tidak puas hanya 8,9% dan memilih tidak menjawab atau tidak tahu adalah 2,4%.

"Ada 88,7% menyatakan puas dengan kinerja yang diemban oleh pimpinan PSSI saat ini. Ini salah satu modal yang baik," kata Direktur Eksekutif Djayadi Hanan.

Adapun dalam survei ini dilakukan dengan 1.220 responden. Margin of error dari 1220 responden tersebut sebesar +/- 2.9% pada tingkat kepercayaan 95% (dengan asumsi simple random sampling).

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.