Sukses

Pemilih PAN dan PPP di 2019 Dukung Anies untuk Pilpres 2024, Pengamat: Ada Split Voting

Berdasarkan survei LSI, pemilih PPP pada Pemilu 2019 yang mempunyai base 4,5 persen cenderung mendukung Anies Baswedan untuk Pilpres 2024. Padahal, PPP berada dalam koalisi yang mendukung Ganjar Pranowo.

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Politik sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Intenasional (UII) Indonesia Philips J Vermonte menanggapi hasil survei yang dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI). Dia menyebut, terjadi split vote atau suara yang terbagi antar partai politik atau parpol koalisi.

Berdasarkan survei LSI, pemilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Pemilu 2019 yang mempunyai base 4,5 persen cenderung mendukung Anies Baswedan untuk Pilpres 2024. Padahal, PPP berada dalam koalisi yang mendukung Ganjar Pranowo. 

"Koalisinya Pak Prabowo dan Pak Ganjar sama-sama menariknya, bahwa mungkin ada split vote. PPP ini tadi disurvei di bawah 4 persen, sementara pendukung mereka lebih condong ke Pak Anies gitu," kata Philips dalam siaran YouTube LSI, Rabu (30/8/2023).

Sedangkan, Partai Amanat Nasional (PAN) yang memiliki base 6,8 persen pemilih di Pilpres 2019 juga beralih 40 persennya mendukung Anies Baswedan. Hanya 30 persen pemilih PAN di Pilpres 2019 yang mendukung Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024. 

"Di sisi yang lain PAN juga sama, PAN udah lewat elektoral threshold, tetapi pemilihnya lebih banyak cenderung ke Pak Anies bukan ke misalnya ke Pak Prabowo," ucap Philips.

 

2 dari 2 halaman

Hati-Hati Efek Split Voting

Philips pun mewanti-wanti efek split voting dukungan pemilih PPP dan PAN terhadap elektoral dua parpol tersebut di pemilihan umum legislatif (Pileg). Philips menyampaikan, PPP dan PAN mesti mencari cara memberikan kompensasi suara pemilih yang hilang.

"Nah ini kan split voting, satu fenomena yang membuat ketua partai ini, semua saya kira sekarang perlu untuk menimbang-nimbang bagaimana mengkompensasi suara yang hilang karena mendukung salah satu calon yang pemilih mereka tidak terlalu cenderung untuk memilih calon yang bersangkutan," jelas dia.

Meski begitu, Philip turut menyoroti elektabilitas Anies yang stagnan dibanding Ganjar dan Prabowo. Philips menyarankan parpol koalisi yang mendukung Anies lebih masif mengampanyekan Anies sebagai bacapres yang diusung.

"Karena dia udah lewat threshold, udah dapat cocktail effect-nya. Lalu mereka ya sudah kita santai dulu. Mungkin dia berpikir ya udah nanti, kalau aktif sekarang, menyerang sana, menyerang sini putaran kedua bingung nyari partner," kata dia.

"Ini mungkin satu hal yang harus didiskusikan lagi terkait dengan koalisinya Pak Anies," lanjut Philips.