Liputan6.com, Jakarta - Koalisi pengusung dan pendukung pencalonan presiden untuk Prabowo Subianto kini berubah nama. Semula bernama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dan kini menjadi Koalisi Indonesia Maju.
Diketahui, perubahan nama itu dilakukan pasca-bergabungnya PAN dan Golkar. Artinya, dari yang semula hanya berisi dua parti yaitu Gerindra dan PKB kini total menjadi empat.
Baca Juga
Menanggapi hal itu, peneliti dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad mengamini, nama koalisi baru tersebut terasa identik dengan kedekatan nama kabinet pemerintahan Presiden Jokowi. Meski identik, ia meyakini hal itu tidak akan berpengaruh terhadap dukungan publik terhadap posisi bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo.
Advertisement
“Saya duga ini tidak akan terlalu punya pengaruh pada dukungan publik untuk Ganjar Pranowo,” kata Saidiman dalam keterangan terulis diterima, Kamis (31/8/2023).
Bahkan sebaliknya, lanjut Saidiman, penduplikasian nama yang dilakukan parpol pendukung Prabowo, justru bisa menjadi bumerang bagi kubu Prabowo. Sebab, publik bisa menafsirkan kalau tim dari Prabowo tidak kreatif dan cenderung menjiplak.
“Tidak heran jika ada kesan bahwa Prabowo sebagai pemimpin yang tegas dan independen akan luruh dengan tindakan duplikasi nama Indonesia Maju yang digunakan untuk penamaan koalisi,” tutur dia.
Tidak Kreatif
Padahal, lanjut Saidiman, Prabowo sudah memiliki citra sebagai pemimpin yang tegas dan independen. Justru hal itu merupakan kualitas personal yang selama ini ditonjolkannya. Dia pun mewanti, Prabowo bisa saja ditafsirkan menjadi pengikut buta terhadap Presiden Jokowi dengan nama tersebut.
“Koalisi Prabowo tidak kreatif dan terlihat menjadi “pengikut buta” pada Jokowi. Padahal hal yang perlu diingat adalah salah satu karakter Jokowi adalah orisinalitas,” Saidiman menandasi.
Advertisement