Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi melakukan sesi wawancara khusus dengan Pimpinan Redaksi SCTV Retno Pinasti.
Dalam sesi wawancara yang ditayangkan SCTV pada Minggu (17/9/2023), Retno sempat meminta pandangan Jokowi soal gugatan batas usia calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) di Mahkamah Konstitusi (MK).
Retno menyinggung gugatan itu kerap dikait-kaitkan dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang tak lain adalah putra sulung Presiden Jokowi. Retno kemudian mempertanyakan apakah Jokowi merestui Gibran menjadi cawapres.
Advertisement
"Tanyakan saja pada Wali Kota Solo," ujar Jokowi, Minggu (17/9/2023).
Retno kemudian kembali mendesak apakah Jokowi sebagai seorang ayah memberikan restu kepada sang anak jika maju menjadi bakal cawapres. Jokowi kemudian menyinggung bahwa Gibran juga sudah menjadi ayah dan memiliki keluarga sendiri.
"Kalau seorang ayah, dan ini kan sudah punya keluarga sendiri, biasanya di kami itu, punya keluarga sendiri dia harus mandiri, bertanggungjawab kepada keluarga, apa yang menjaid keputusan mereka," jelas Presiden Jokowi.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengungkapkan kepemimpinan nasional selanjutnya sangat menentukan apakah Indonesia bisa menjadi negara maju atau terjebak pada negara berkembang. Khususnya di tiga periode pada tahun 2024, 2029, dan 2034.
"Soal ini saya ulang ini penting, 2024, 2029, 2034, itu sangat menentukan negara kita bisa melompat ke negara maju atau kita terjebak pada middle income trap, terjebak pada negara berkembang," kata Jokowi di rakernas Seknas Jokowi di Hotel Salak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu 16 September 2023.
Â
Presiden Jokowi Berikan Contoh
Jokowi mencontohkan di Amerika Latin banyak negara sudah jadi negara berkembang sejak tahun 1950-1970an, namun hingga kini masih tetap menjadi negara berkembang. Dia tak ingin hal serupa terjadi kepada Indonesia.
"Tak bisa keluar dari jebakan, kita gak mau itu, dan kesempatan itu hanya ada di tiga periode kepemimpinan nasional kita," ujarnya.
"Itulah yang sulit, bapak ibu, yang ngomong bukan saya, yang ngomong pakar-pakar baik dari IMF, World Bank, OECD, McKinsey, Bappenas coba hitung ulang," sambungnya.
Menurutnya, Indonesia punya bonus demografi dan kesempatan hilirisasi yang mesti dilakukan. Maka dari itu, kepemimpinan nasional selanjutnya sangat menentukan untuk membawa Indonesia jadi negara maju.
"Itu yang sulit, saya tidak berpikiran, tidak, saya berpikiran negara ini harus jadi negara maju, negara makmur. Tapi memang kepemimpinan itu sangat menentukan," papar Jokowi.
Â
Advertisement
Jokowi Akui Punya Data Intelijen Soal Parpol
Lalu pada pidatonya, Jokowi menyinggung soal pentingnya tahun 2024 untuk pijakan bangsa menuju Indonesia menjadi negara maju.
"Mengenai 2024, saya ini ulang-ulang terus ini, karena ini penting. Sebab 2024-2029-2034 itu sangat menentukan negara kita bisa melompat menjadi negara maju atau kita terjebak dalam midle income trap," wanti Jokowi.
Jokowi menegaskan, Indonesia tidak boleh mengikuti jejak negara lain yang pernah memiliki kesempatan yang sama dengan Indonesia saat ini. Sayangnya, tidak semua dari mereka berhasil dan sampai sekarang masih terjebak dengan status negara berpenghasilan menengah.
"Saya berikan contoh di Amerika Latin banyak negara di tahun 50 (1950) ditahun 60 (1960an), ditahun 70 (1970) sudah menjadi negara berkembang tapi sampai saat ini mereka juga masih tetap menjadi negara berkembang tidak bisa keluar dari jebakan ini," kata Jokowi.
Jokowi yakin, Indonesia bisa berhasil melewati tantangan tersebut. Kuncinya, dimulai dari tahun 2024. Karena dari sanalah bonus demografi bisa lebih diberdayakan dan program hilirisasi bisa lebih digenjot oleh sang penerus tongkat estafet kepemimpinan.
“Kesempatan itu hanya ada di tiga periode kepemimpinan nasional kita. itu lah yang sulit bapak/ibu saudara sekalian. kita punya kesempatan, kita apunya bonus demografi dan hilirisasi," yakin Presiden Jokowi.