Sukses

Prabowo Kenang saat Sekolah di Eropa, Setiap Hari Diejek Guru sebagai Bangsa Monyet

Menutup sesi adu gagasan bakal calon presiden, Najwa Shihab meminta setiap bakal calon presiden bercermin dan menyampaikan refleksi diri.

Liputan6.com, Jakarta Menutup sesi adu gagasan bakal calon presiden, Najwa Shihab meminta setiap bakal calon presiden bercermin dan menyampaikan refleksi diri.

Berbeda dengan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto menolak saat Najwa memintanya berhadapan dengan cermin raksasa untuk menyampaikan refleksi diri sebagai sajian penutup acara.

Sebagai gantinya, capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu justru membelakangi cermin dan menceritakan kisah hidupnya saat zaman sekolah dan cita-citanya sebelum meninggal dunia.

"Saya pernah hidup di tengah orang Eropa. Saya ingat saya waktu itu satu-satunya murid yang bukan kulit putih. Tiap hari saya diejek oleh guru saya, tiap hari dibilang bangsa monyet, ini, itu. 'Prabowo, your people lives on trees!'," kenang Prabowo seperti dikutip daring Selasa (19/9/2023) malam.

Prabowo mengakui kenangan pahit tersebut membekas dan tidak bisa hilang sampai saat ini.

"Jadi kalau anda meminta saya refleksi, saya ingin melihat sebelum saya meninggal, Indonesia menjadi negara bermartabat, negara terhormat!" tegas Prabowo berapi-api.

Ketua Umum Parti Gerindra itu lalu menyampaikan keinginannya untuk melihat tidak ada kemiskinan di Republik Indonesia. Dia juga ingin melihat anak-anak Indonesia kuat gembira, tersenyum orangtuanya.

"Itu yang mendorong saya (ingin jadi presiden). Saya tidak mau bangsa saya dihina saya. Saya ingin bangsa saya terhormat, berdiri di atas kaki sendiri," lantang Prabowo yang disambut meriah peserta dengan berdiri dan menyampaikan hormat saat mendengar harapan Prabowo.

Prabowo juga ingin melihat anak-anak bangsa saat menggunakan mobil dan motor produk dalam negeri. Begitu pula jam tangan, sabun, parfum hingga sepatu yang semuanya adalah hasil karya anak bangsa.

"Itu yang saya cita-citakan, selesai," Prabowo memungkasi.

 

2 dari 2 halaman

Prabowo Akui Jual Aset untuk Biayai Hidup dan Kebutuhan Partai

Dalam kesempatan yang sama, Prabowo Subianto mengaku pernah menjual aset pribadinya untuk membiayai partainya ketika kondisi masih sulit.

"Saya akui dalam beberapa keadaan terjepit, saya hidupnya dari jual aset. Kadang-kadang saya, dan ini tidak saya anjurkan kepada semuanya, kadang-kadang saya terpaksa jual aset. Saya jual tanah untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan partai saya dan sebagainya," ujar Prabowo.

Namun, Prabowo mengatakan kini Partai Gerindra yang ia bangun dari nol tersebut sudah mampu self financing dan tidak lagi kesulitan terkait pendanaan. Bahkan, kata Prabowo, para anggota seringkali inisiatif untuk memberikan bantuan demi kebaikan bersama partainya.

"Kalau saya panggil anggota saya, mereka kadang-kadang bayar sendiri. Jadi sekarang self financing sudah berjalan," kata Prabowo.

Ia mencontohkan maksud dari self financing tersebut misalnya, anggota partai Gerindra di satu provinsi atau kabupaten, inisiatif untuk membangun kantor perwakilan masing-masing.

"Contoh tidak pernah saya kasih uang untuk Gerindra di provinsi. Mereka bangun kantor sendiri di mana-mana. Jadi kalau partai yang semangat, partai punya idealisme, dia akan bayar sendiri," pungkasnya.Â