Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPP Partai Nasdem sekaligus Tim Badan Pekerja (BAJA) Anies-Cak Imin, Willy Aditya enggan menanggapi soal polemik Food Estate yang diungkit Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto. Willy bahkan bertanya siapa sebenarnya menteri yang ditugaskan atas program tersebut.
"Food estate itu programnya Kemenhan atau siapa? Saya nggak komentar lah food estate, yang lain saja," kata Willy di Sekretariat Pemenangan, Jalan Brawijaya X Nomor 46, Jakarta Selatan, Jumat (22/9/2023).
Selain itu, Willy juga tidak mau berkomentar ihwal pernyataan Ketua DPP PDIP Djarot Syaiful yang sempat mempertanyakan keberadaan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengenai impor beras.
Advertisement
Willy menegaskan, Koalisi Perubahan saat ini tengah berfokus pada diskusi dan strategi terkait pemenangan Anies-Cak Imin untuk Pilpres 2024.
"Tanya Bang Syahrul (Menteri Pertanian) aja lah. Kita fokus pemenangan Anies saja. Dan Anies jadi presiden itu saja," kata Willy.
Sekjen PDIP: Ada Menteri Jokowi Tak Jalankan Mandat Food Estate dengan Baik
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, ada menteri di kabinet Presiden Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang tidak menjalankan mandat dengan baik dalam program ketahanan pangan (Food Estate).
Sehingga, permasalahan food estate akan dibahas saat PDIP menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada 29 September hingga 1 Oktober 2023.
"Food estate merupakan bagian dari platform PDI Perjuangan di bidang pangan. Hanya, ketika Presiden (Presiden Jokowi) memberikan mandat kepada menterinya ini kan ada yang tidak menjalankan dengan baik, karena estate of interst. Misalnya dengan membentuk perusahaan yang hanya diisi oleh kroni-kroninya, ini kan bukan sesuatu yang sehat," kata Hasto, kepada wartawan, di Bogor, Kamis (21/9/2023).
Lebih lanjut, dia menilai, pengelolaan food estate harus melibatkan berbagai aspek diantaranya masyarakat petani dan perguruan tinggi sebagai pusat riset dan inovasi.
"Padahal ketika kita bicara food estate tidak bisa melepaskan dari hulunya, penelitian, apakah tanahnya juga tanahnya cocok dengan tanaman tertentu, dan yang paling penting adalah petaninya, kita tidak bisa membangun food estate tanpa melibatkan petani, perguruan tinggi sebagai pusat riset dan inovasi, dan kemudian juga melibatkan local wisdom masyarakat yang ada," ujar Hasto.
Advertisement