Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku sudah mendengar wacana bakal capres Ganjar Pranowo menjadi bakal cawapres dari Prabowo Subianto. Megawati mengaku heran dengan wacana tersebut, sebab ia tidak pernah membahas hal tersebut.
"Saya sendiri sempat bingung di media tiba-tiba dibilang, 'iya sudah ada persetujuan bahwa nanti Pak Prabowo jadi presidennya, Pak Ganjar jadi wakil presidennya' aku terus di rumah melongo, ini yang ngomong siapa ya, ya aku kok ketua umumnya malah enggak ngerti," kata Megawati pada pidato penutupan Rakernas IV PDIP, Minggu (1/10/2023).
Baca Juga
Megawati meminta para kader tak usah mendengarkan isu-isu Prabowo dan Ganjar Pranowo itu. Dia menegaskan, tidak bisa asal menjodoh-jodohkan paslon capres-cawapres.
Advertisement
"Enggak usah didengerin. Kok enak banget gitu lho gatuk-gatuken. Kamu mau enggak?," kata dia.
Mega lantas menanyakan pada para kadernya, apakah mau Ganjar menjadi cawapres. Namun, ia hanya mendengar jawaban tidak dari sebagin peserta Rakernas PDIP.
"Enggak semua ngomong, berarti ada yang mau? payah anak buah saya, haduh gawat. Jadi ya apa sih urusannya. Lho kok bingung karepe dewe (semaunya sendiri)," pungkas Megawati.
Wacana Duet Prabowo-Ganjar, Pengamat: Ilusi Yang Sangat Mustahil Diwujudkan
Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menilai wacana duet Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo memiliki potensi untuk memenangkan pemilihan presiden dengan lebih mudah dalam format dua kandidat calon presiden.
Namun, wacana ini berpotensi menimbulkan kompleksitas terkait penentuan siapa calon presiden dan siapa yang akan menjadi wakilnya.
"Ini adalah persoalan rumit dan pelik karena akan berkaitan secara langsung dengan elektabilitas partai di tengah proses pemilu yang dilakukan secara serentak,” kata Pangi dalam keterangannya, Rabu (27/9/2023).
Pangi menyebut, PDIP tidak akan dengan mudah mengorbankan posisinya sebagai partai pemenang pemilu untuk menjadi cawapres, begitu pula dengan Gerindra yang akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan Prabowo sebagai calon presiden sekaligus mengantarkan keberhasilan legislatif bagi Gerindra sebagai partai pemenang pemilu.
"Di sisi lain jika format koalisi besar tidak terbentuk dan pada akhirnya ada tiga poros koalisi, maka hal ini akan menjadi dilema bagi kubu nasionalis (PDIP dan Gerindra) yang akan membuka peluang munculnya kuda hitam (Anies Rasyid Baswedan) sebab jarak elektabilitasnya dengan Ganjar Pranowo tidak terpaut terlalu jauh," jelas Pangi.
Merujuk data terbaru dari survei Voxpol Center, Pangi menyebutkan belum ada kandidat dengan elektabilitas yang cukup meyakinkan, elektabilitas ketiga kandidat tidak terpaut terlalu jauh.
Advertisement