Sukses

TPN Ganjar-Mahfud Ajak Pendukung Waspadai Kecurangan dan Sabotase Suara

Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud mengajak semua pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md untuk mewaspadai sabotase suara saat proses pencoblosan.

Liputan6.com, Jakarta Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud mengajak semua pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md untuk mewaspadai sabotase suara saat proses pencoblosan.

Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Amarsyah Purba, mengajak semua pendukung memastikan tidak adanya sabotase suara di lapangan. "Kewajiban kita untuk menjaga suara Mas Ganjar dan Pak Mahfud tidak hilang, baik hilang karena disabotase, maupun hilang dalam perjalanan dari TPS ke KPU setempat," kata Amarsyah, dilansir Antara, Selasa (7/11/2023).

Amarsyah mengatakan pendukung Ganjar-Mahfud bisa memanfaatkan handphone untuk menyimpan bukti jika menemukan kecurangan saat pilpres. Pendukung diminta tidak lengah dan harus teliti dalam menjaga pemilu yang jujur dan adil.

Tentu saja, kata Amarsyah, kecurangan harus dilawan dengan membangun kekompakan antarpendukung Ganjar-Mahfud. "Jadi, sekali lagi, yang penting itu adalah membangun kekompakan. Menjalin informasi, jangan bekerja sendirian," kata Amarsyah.

Tak lupa, Amarsyah meminta para pendukung Ganjar-Mahfud Md membulatkan tekad untuk meraih kemenangan pada pilpres 2024.

"Kita harus kompak, sama-sama kita bertekad. Iktikad kita baik, niat kita baik, dikerjakan dengan cara yang baik, tapi yang paling utama adalah kerja, kerja, dan kerja," ujar Amarsyah.

PDIP Ajak Pendukung Ganjar-Mahfud Kalahkan Pasangan Neo Orde Baru, Prabowo-Gibran 

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengajak seluruh parpol pengusung, relawan, dan simpatisan pasangan bakal capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud Md untuk bergerak semakin masif menggalang kekuatan.

"Kemenangan dimulai dari rakyat fokus bergerak di akar rumput. Sebab rakyat semakin cerdas di dalam melihat rekayasa hukum yang terjadi di MK (Mahkamah Konstitusi). Rakyat bereaksi keras atas mobilisasi aparat dengan melakukan penurunan bendera, baliho, dan berbagai atribut dukungan terhadap Ganjar-Mahfud Md," kata Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat dalam keterangannya, Sabtu (4/11/2023).

Djarot mengajak semua kader dan parpol pengusung untuk terus bergerak memenangkan pasangan Ganjar-Mahfud dan mengalahkan duet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Terus bergerak, Ganjar-Mahfud Md pastikan akan terus perkuat demokrasi. Bersama kita hadapi Prabowo-Gibran sebagai cerminkan Neo-Orde Baru masa kini," kata Djarot.

Menurut Djarot, tidak ada tempat di Indonesia bagi ambisi kekuasaan.

"(Karena) cinta terhadap keponakan, lalu MK dikebiri, dan demokrasi pun mati. Kini kekuatan moral lahir kembali. Inilah fondasi terpenting Ganjar-Mahfud Md, kokoh pada moral kebenaran dan berdedikasi total pada rakyat, bangsa, dan negara, bukan pada keluarga," kata Djarot.

PDIP, kata Djarot, percaya pada integritas Majelis Kehormatan MK untuk benar-benar obyektif dan mengedepankan sikap kenegarawanan.

"Kuatnya gerakan dari para budayawan, cendekiawan, kelompok pro demokrasi, para ahli hukum tata negara hingga pergerakan tokoh-tokoh berintegritas tinggi dari berbagai perguruan tinggi menjadi kekuatan moral yang sangat dahsyat di dalam meluruskan jalannya demokrasi," kata Djarot.

 

 

2 dari 4 halaman

Pasca Putusan MK, Ganjar-Mahfud Berpeluang Saling Prabowo-Gibran

Lembaga survei Charta Politika Indonesia memetakan elektabilitas calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) di dalam survei bertajuk "Peta Elektoral Pasca Putusan MK & Pendaftaran Capres-Cawapres" pada periode 26-31 Oktober 2023.

Terdapat 2.400 responden dilakukan wawancara secara tatap muka dengan minimal usia 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih di seluruh wilayah Indonesia. Adapun, ditemukan margin of error sebesar 2 persen.

Berdasarkan simulasi pasangan capres-cawapres head to head, elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud Md bersaing ketat, terus menempel Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Ganjar-Mahfud mengantongi elektabilitas sebesar 40,6 persen, sedangkan Prabowo-Gibran 43,5 persen.

"Prabowo-Gibran dengan Ganjar-Mahfud ada di angka 43,5 persen melawan 40,6 persen, jadi selisih 2,9 persen," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya saat membeberkan hasil survei melalui kanal YouTube "Charta Politika Indonesia", Senin (6/11/2023).

Namun, melihat kondisi perpolitikan saat ini khususnya pasca putusan MK soal batas usia capres-cawapres yang dinilai akan menimbulkan perspektif negatif dari masyarakat, ada potensi Ganjar-Mahfud bisa menyalip pasangan Prabowo-Gibran.

Yunarto menilai elektabilitas Prabowo Subianto telah mengalami penurunan pasca-putusan MK dan pendaftaran capres-cawapres dilakukan.

Dari survei itu dapat dilihat tren elektabilitas Prabowo-Gibran periode 13-17 Oktober dan 26-31 Oktober merosot 2,5 persen dalam kurun waktu satu bulan.

"Artinya terkonfirmasi ada pola yang sama bahwa ada kecenderungan di tiga nama tidak banyak berubah, tapi penurunan cukup tajam terhadap Pak Prabowo itu terjadi ketika simulasi dua nama," jelas Yunarto.

3 dari 4 halaman

Elektabilitas Prabowo Merosot usai Pilih Gibran dan Berkembang Isu Dinasti Politik Jokowi

Pada periode survei sebelumnya, yakni periode 13-17 Oktober 2023 atau pasca putusan MK mengenai batas usia capres-cawapres 40 tahun atau menduduki jabatan yang dipilih dari pemilu/pilkada, Prabowo-Gibran mendapati skor elektabilitas 46 persen.

Kini, hasil jajak pendapat pada 26-31 Oktober 2023 atau setelah kedua pasangan ini resmi melakukan pendaftaran capres-cawapres ke KPU dan semakin berkembangnya isu dinasti politik, elektabilitas Prabowo-Gibran merosot ke 43,5 persen.

Pasangan Ganjar-Mahfud pada periode yang sama elektabilitasnya terus melejit. Di periode 13-17 Oktober 2023 duet Ganjar-Mahfud mendapati elektabilitas 39,5 persen, dan 40,6 persen pada 26-31 Oktober 2023.

"Pemilih Anies ini cenderung pemilih yang bisa dikatakan anti Jokowi. Lalu, kemudian berseberangan dengan Jokowi, dulu banyak bersinggungan dengan pemilih Pak Prabowo di 2014 dan 2019," ungkap dia.

Menurut Yunarto atau kerap disapa mas Toto pemilihan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres membawa dampak buruk terhadap elektabilitas Prabowo.

"Mungkin masih memaafkan Pak Prabowo jadi menteri, Pak Prabowo di-endorse oleh Pak Jokowi, tapi ketika menggandeng anaknya kena dengan isu politik dinasti dan lain-lain itu kemudian kalau kita lihat di sini potensi bahkan sudah menjadi beban elektoral buat Pak Prabowo," jelas Yunarto dia.

Terlebih putusan MK mengenai batas usia capres-cawapres 40 tahun atau menduduki jabatan yang dipilih dari pemilu/pilkada ini dinilai menjadi karpet merah memuluskan langkah Gibran menjadi cawapres dari Prabowo.

"Artinya semakin isu dari mahkamah keluarga, politik dinasti ini masuk ke dalam alam pikiran masyarakat dan kemudian sentimennya masih tetap negatif, saya pikir itu yang akan menjadi penghalang Pak Prabowo untuk unggul baik di simulasi tiga nama ataupun dua nama," kata Yunarto.

4 dari 4 halaman

Gerah dengan Putusan MK dan Cawe-cawe Jokowi, Pemilih Rasional Diprediksi Merapat ke Ganjar-Mahfud

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Ade Reza Hariyadi menilai wajar jika pasangan Prabowo-Gibran dibanjiri kritik dari para penggiat demokrasi.

Menurut Ade, para penggiat demokrasi gerah dengan "permainan kotor" di Mahkamah Konstitusi (MK) yang memberikan karpet merah bagi Gibran untuk maju di pilpres 2024.

"Ada banyak kritik dari para penggiat demokrasi dan kalangan intelektual terhadap kecenderungan Presiden Jokowi yang terkesan mendukung Prabowo yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka yang juga putra Presiden," kata Ade, Senin (6/11/2023).

Oktober lalu, MK mengeluarkan putusan nomor 90/PUU-XXI/2023 yang isinya merevisi aturan mengenai syarat usia bagi capres dan cawapres dalam UU Pemilu. Tak lagi harus berusia 40 tahun, MK membolehkan kepala daerah yang dipilih lewat pemilu untuk mencalonkan diri.

Saat putusan itu diketok oleh Ketua MK Anwar Usman, Gibran genap berusia 36 tahun. Anwar saat ini merupakan adik ipar Jokowi alias paman Gibran. Kebanyakan pakar menilai Jokowi ikut "cawe-cawe" dalam putusan yang meloloskan Gibran itu.

"Dalam konteks itu, pemilih rasional akan cenderung kritis melihat fenomena (skandal MK) tersebut. Namun, tidak otomatis mereka akan menjatuhkan pilihan politiknya terhadap Ganjar Pranowo-Mahfud Md," kata Ade.

Saat ini, Mahkamah Kehormatan MK (MKMK) sedang dalam proses menyidangkan dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Anwar dan hakim MK lainnya dalam putusan nomor 90. Hasil akhir dari sidang itu, kata Ade, berpeluang membuat para penggiat demokrasi yang sebelumnya turut memenangkan Jokowi selama dua periode untuk ramai-ramai bergeser ke Ganjar-Mahfud.

"Nalar kritis pemilih rasional ini akan menjadi peluang elektoral bagi Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Selain itu, koalisi pendukung Ganjar-Mahfud Md harus mampu membangun isu dan sikap politik yang kontras dengan sejumlah kebijakan pemerintahan yang juga menjadi sasaran kritik pemilih rasional yang menggunakan nalar kritis dan perspektif demokrasi," kata Ade.