Sukses

Sony Kusumo: Rakyat Indonesia Harus Produktif untuk Capai Kemandirian Ekonomi

Caleg PDI Perjuangan, Sony Kusumo, memberikan bantuan komputer kepada seluruh gereja di Jakarta Timur. Bantuan tersebut diberikannya di sela-sela seminar wawasan kebangsaan yang digelar oleh PGLII dan Yayasan Harmony Monistries. 

Liputan6.com, Jakarta - Caleg PDI Perjuangan, Sony Kusumo, memberikan bantuan komputer kepada seluruh gereja di Jakarta Timur. Bantuan tersebut diberikannya di sela-sela seminar wawasan kebangsaan yang digelar oleh PGLII dan Yayasan Harmony Monistries. 

"Saya berharap, bantuin ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menunjang aktivitas gereja," ujar Sony Kusumo pada Sabtu (11/11/2023).

Selain itu, bantuan komputer diharapkan bisa dimanfaatkan pemuda gereja untuk digunakan kegiatan kreatif seperti membuat design visual, Pendataan administrasi dan kebutuhan lainnya.

Pria yang juga caleg PDI Perjuangan dari Dapil 1 DKI (Jaktim) itu menekankan, kreatifitas dan produktifitas anak muda sangat diperlukan untuk bangsa indonesia menjadi negara maju.

"Anak-anak muda harus produktif dan kreatif, saya percaya tidak ada orang yang dilahirkan pintar dan bodoh, tapi mereka harus terus diasah dan terus berusaha tanpa patah arang untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan," ujarnya.

Sony Kusumo mengingatkan anak-anak muda juga memiliki peran penting dalam mencapai kemandirian ekonomi negara, karena memiliki bonus demografi, penduduk Indonesia akan didominasi oleh anak-anak muda yang produktif.

"Kemandirian ekonomi  sangat diperlukan untuk bangsa Indonesia untuk menuju negara maju atau Indonesia Emas 2045. Anak-anak muda harus terus produktif," tegasnya.

Sony Kusumo juga menekankan, kemandirian ekonomi harus bersumber dari dalam negeri dan tidak bergantung dari negara asing. Menurutnya jangan sampai Indonesia terus mengimpor dan terus bergantung terhadap negara asing. 

"Jangan sampai kita terus impor, impor, dan impor. Itu akan membuat negara buntung. Kita jangan dikuasai asing. Negara kita harus terus produktif, anak-anak muda harus terus bergerak," ujar Sony.

"Kita jangan sampai kita cuma minta, tapi harus aktif dan produktif. Kalau cuma bisa bergantung dengan subsidi, kita tak akan maju, itu malah menina bobokan kita," ujarnya.

Sony Kusumo mencontohkan Venezuela, negara kaya penghasil minyak yang bangkrut karena rakyatnya selalu diberi subsidi dan insentif. 

"Ada satu negara Venezuela, negara kaya raya dengan reserve minyak terbesar di dunia, yang sebelumnya termasuk negara terkaya di dunia. Rakyatnya dininabobokan dengan segala subsidi dan segala macam insentif, Pemimpinnya Hugo Chavez sangat di cintai rakyatnya karena selalu menina bobokan rakyatnya. Akhirnya, negaranya bangkrut karena rakyatnya tidak produktif, malas dan kreativitas hilang akibat selalu di ninabobokan," ujarnya.

"Subsidi boleh asalkan tepat sasaran, tapi kita sebagai bangsa harus meningkatkan daya saing, kreativitas dan produktivitas," imbuhnya.

Di sisi lain, Sony mengatakan kemandirian ekonomi dimulai dari hal kecil, yaitu ekonomi keluarga. Dengan kemandirian ekonomi keluarga akan mampu mencapai peningkatan pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan keluarga.

Untuk mencapai hal itu diperlukan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kemampuan manajemen dalam usaha ekonomi produktif keluarga. 

Selain itu perlu etos kerja yang tinggi bagi setiap anggota keluarga yang dibarengi dengan terus mengasah kreatifitas.

"Tagline saya dari kecil selalu tekankan hidup harus mandiri diri sendiri, mandiri keluarga, mandiri usaha, dan mandiri negara."

2 dari 2 halaman

Indonesia Perlu Pemimpin Visioner, Bukan Sekedar Janji

Jelang pemilu 2024, Sony menekankan agar rakyat Indonesia tak salah memilih pemimpin. Menurutnya pemimpin harus visoner tak hanya mengobral janji.

"Kalau kita pilih pemimpin, jangan pilih yang memberikan angin surga, yang selalu menina bobokan rakyatnya, berakibat rakyatnya menjadi tdk produktif dan malas. Pemimpin harus mau memajukan rakyat dan negara dengan meningkatkan Produktifitas, kreativitas dan daya saing rakyatnya". Agar negara bisa mandiri, maju dan kuat, ujarnya.

Selain itu, lanjut Sony, pemimpin Indonesia kedepannya harus merawat keberagaman dan toleransi di Indonesia. Harus tegas melawan intolerasi di Indonesia.

"Pemimpin harus bisa berjuang untuk menjaga tolerasi di Indonesia, yang Tegas menyuarakan menolak radikalisme. kita juga harus melihat track recordnya," kata Sony.

Dalam seminar yang dihadiri oleh 300 rohaniwana Kristen tersebut, Sony berpesan terus menyuarakan ke masyaarakat untuk memilih pemimpin yang mampu membuat Indonesia maju , mandiri dan Indonesia yang Tolerant.

"Kita jangan mau dininabobokkan oleh pemimpin, sehingga mental kita rusak. Kita harus punya mental berjuang dan produktif," tutupnya.