Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden (Capres) nomor urut 1, Anies Baswedan menginginkan pembentukan badan iklim yang berfungsi untuk melakukan monitoring penanganan krisis iklim.
"Kami sampaikan tadi penanganan krisis iklim ini tidak bisa diselesaikan sektoral saja, di bawah kantor kepresidenan menjadi sebuah badan monitoring jadi bukan badan eksekusi," ujar Anies saat menghadiri Rembuk Ide Transisi Berkeadilan yang digelar The Habibie Center, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Anies mengatakan, badan yang melakukan eksekusi sudah ada. Yaitu kementerian dan dinas lingkungan hidup. Sehingga tidak perlu badan baru agar tidak tumpang tindih.
Advertisement
"Karena yang melakukan eksekusi itu sudah ada kementerian ada dinas lingkungan sudah dinas provinsi kabupaten sudah ada itu eksekusi, kenapa diperlukan, karena Indonesia memiliki komitmen tingkat global, tingkat nasional yang pelaksanaannya menggunakan lembaga-lembaga yang sudah ada," jelas mantan gubernur DKI Jakarta ini.
Hanya saja belum ada badan yang melakukan monitoring. Fungsinya sebagai tempat rujukan apabila ditemukan masalah. Supaya kepala pemerintah bisa memastikan solusi masalah lingkungan.
"Tetapi yang melakukan monitoring yang menjadi tempat rujukan bila ditemukan masalah itu yang belum ada, dengan begitu maka kepala pemerintahan bisa memastikan solusi solusi lingkungan hidup solusi energi terbarukan itu bisa dilaksanakan dengan optimal. Karena ada tim khusus yang melakukan pemantauan pendampingan untuk memastikan itu terlaksana di lapangan," kata Anies.
Pasangan capres-cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar resmi menunjuk Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali sebagai pelatih kepala Timnas Amin. Ali bersama tiga asisten pelatih ditugaskan merancang strategi pemenangan pasangan Amin.
Pamer Kesuksesan Program Transisi Energi di Jakarta, Anies: Tapi Tidak Jadi Berita
Sebelumnya, Calon presiden (capres) nomor urut satu, Anies Baswedan, pamer program transisi energi saat menjabat Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. DKI Jakarta, kata Anies, pernah menduduki peringkat nomor satu sustainable transport award sedunia.
Hal ini disampaikan Anies Baswedan dalam rembuk ide transisi energi berkeadilan: menelaah gagasan dan komitmen calon pemimpin Indonesia di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Kamis (23/11/2023).
"Kita ini di Jakarta, pemenang nomor satu sedunia sustainable transport award Jakarta nomor satu. Kita dijadikan contoh di dunia tentang bagaimana mengkonversi transportasi umum menjadi ramah lingkungan," ujar Anies dalam siaran YouTube The Habibie Center.
Kala itu, kata Anies, Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan delta terbesar di seluruh di dunia atau kota dengan lompatan terbesar di dunia. Namun, menurut Anies, prestasi itu tidak banyak ditulis dan disorot media massa.
"Kami di 2020 adalah runner up, di 2021 we are number one berturut-turut, dan ini yang kemudian menjadi banyak contoh di banyak tempat, walaupun di Jakarta tidak jadi berita," ucap Anies.
"Tapi kita maklum lah, kita tahu itu semua. Tapi saya selalu bilang, ayo, jangan khawatir dengan apa yang ditulis di sosmed hari ini. Tapi pikirkan apa yang ditulis sejarawan di masa depan. It's matter more, karena mereka akan menggunakan data," lanjut Anies.
Advertisement
Perbaiki Ranking Jakarta sebagai Kota Termacet di Dunia
Lebih lanjut, Anies menyebut dampaknya juga terlihat pada posisi Jakarta sebagai kota termacet.
Dan ketika itu terjadi lompatan setinggi itu, maka Jakarta turun dalam ranking. Bahkan, selama lima tahun menjabat gubernur, Anies mengeklaim mampu menurunkan ranking Jakarta sebagai kota termacet ke angka 46.
"Kita ini kota nomor tiga termacet nomor tiga sedunia, turun tahun berikutnya nomor tujuh termacet di dunia. Tahun berikutnya nomor sepuluh termacet di dunia. Tahun keempat kita turun nomor 34 termacet di dunia, dan tahun kelima kita turun nomor 46 sedunia. Tokyo dan lain-lain lebih macet dari kita," Anies menjelaskan.Advertisement