Sukses

Ganjar soal Gaya Kampanye: Kami Tak Mau Giring Anak Muda Hanya dengan Jargon

Calon presiden (capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo menanggapi pihak yang menilai gaya kampanyenya membosankan. Berbeda dengan Paslon Prabowo-Gibran dengan istilah gemoy dan Anies-Muhaimin lewat sisi religius.

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden (capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo menanggapi pihak yang menilai gaya kampanyenya membosankan. Berbeda dengan Paslon Prabowo-Gibran dengan istilah gemoy dan Anies-Muhaimin lewat sisi religius.

“Itulah perbedaan saya dengan mereka. Karena kami berdiskusi seperti ini, antusiasmenya ada dan saya tidak mau menggiring anak-anak muda hanya dengan satu jargon, hanya dengan satu gaya. Kami lebih mendorong pada edukasi,” tutur Ganjar di Merauke, Papua Selatan, Selasa (28/11/2023).

“Mungkin itu akan mengatakan itu membosankan, tapi kalau saya melihat antusiasme sedemikian banyak orang tadi meminta waktu bertanya, sampai waktunya nggak ada. Jadi saya lebih suka mengedukasi,” sambungnya.

Menurut Ganjar, gaya kampanye lewat menunjukkan tampilan sikap atau gimmick tetap diperlukan. Namun jika berlebihan, maka malah akan menjadi bahan olokan.

“Ya itu penting, gimmick juga penting. Karena ada orang yang suka gimmick, tapi gimmick-gimmick banget ya nanti diketawain. Saya melihat ada orang anak muda kemarin mengatakan 'kami cerdas, kami bisa menganalisis kok', gitu. Jadi ada cara yang lebih edukatif dan itu saya pilih jalur itu,” Ganjar menandaskan.

 

2 dari 3 halaman

Tampung Aspirasi Milenial dan Gen Z di Merauke

Sebelumnya, Ganjar Pranowo menampung berbagai aspirasi para milenial dan Gen-Z di Merauke, Papua Selatan, lewat dialog terbuka. Menurutnya, masalah lapangan pekerjaan masih menjadi fokus generasi muda Indonesia.

“Rata rata sama, tonenya berbeda. Ada konten lokal yang disampaikan dan itu menyenangkan. Yang sama mereka berharap lapangan pekerjaan. Butuh literasi untuk bisa bekerja,” tutur Ganjar di Merauke, Papua Selatan, Selasa (28/11/2023).

Menurut Ganjar, para milenial dan Gen-Z membutuhkan panduan untuk dapat masuk ke jalan hidup yang benar, termasuk soal pekerjaan. Tidak ketinggalan, ada pula para aktivis yang menyoroti soal lingkungan.

“Konektivitas juga sama, kalau konektivity bagus maka kesempatan pekerjaan juga bagus. Tadi saya tawari rata-rata hampir seluruh Indonesia sama. Kalau kita buatin community hub mau nggak? mereka bisa bertukar pikiran dan berbagi rasa,” jelas dia.

Salah satu langkah yang disiapkan mantan Gubernur Jawa Tengah itu adalah menyediakan sebuah aplikasi untuk milenial dan Gen-Z dapat terlibat dalam Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.

“Benefitnya kamu sekarang berjejaring antar anak muda sedunia mendukung Ganjar-Mahfud, dan di sanalah kawan-kawan muda ini yang nanti akan mengelola itu berikan Informasi-informasi sehingga mereka menjadi terbuka lah pikirannya,” kata dia.

3 dari 3 halaman

Soal Lingkungan

Soal lingkungan, lanjutnya, anak muda berpikir kritis dalam isu perubahan iklim atau global climate change hingga masalah yang lebih besar lagi.

“Dan itu ciri-ciri anak mudah ya. Mereka sangat peduli pada soal perubahan iklim, mereka peduli pada soal HAM, mereka peduli pada soal kebebasan berekspresi, berbicara, itu lebih yang dirasakan. Meskipun tentu sisi yang lain mereka juga pengen berharap bisa eksis dalam talenta yang dia miliki,” Ganjar menandaskan.